"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Makjleb, Ma’ruf: Belah Sono Ngomong Hargai Ulama tapi Ijtimak Tak Didengar, Terbukti Jokowi Hargai Ulama

Kiai Haji Ma'uruf Amin
Hari kamis merupakan salah satu hari yang spesial untuk tahun ini bagi rakyat Indonesia. pada hari tersebut dua pasang calon mendeklarasikan diri akan maju bertarung dalam memperebutkan kursi penguasa negeri ini. tidak dapat dinafikan komunikasi politik kubu oposisi dalam membangun koalisi sangat menegangkan dan penuh intrik.
Fix, hari ini dua pasang calon pemimpin bangsa telah resmi. Pasangan pertama yang mendaftarkan diri ke KPU adalah Jokowi yang berpasangan dengan Kiai Haji Ma’uruf Amin mengusung jargon ‘Jamin’ pasangan ini didukung total 9 partai. 6 partai memiliki kursi di senayan yakni PDI - Perjuangan, Golkar, PPP, PKB, Hanura, Nasdem. Serta 3 partai pendatang baru yakni PSI, Perindo dan PKPI.
Pasangan kedua, Prabowo Subianto – Sandiaga Uno didukung oleh 4 partai yakni Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat. Perjalanan lobi-lobi politik kubu oposisi sangat menuai tanda tanya, nama Sandiaga yang tidak ada masuk dalam perkembangan komunikasi politik akhirnya dipilih menjadi pendamping. Padahal sebelumnya nama yang berkembang dipermukaan UAS, Salim Segaf, dan AHY.
Berdasarkan informasi yang berkembang koalisi kubu oposisi dipersatukan adanya dana mahar. Isu Sandiaga bersedia memberikan mahar sebesar 500 milyar per partai agar mendukungnya menjadi cawapres disampaikan langsung oleh pengurus partai Demokrat Andi Arif. Selain menyebut adanya dana mahar, Ia menyebut Prabowo adalah “Jenderal Kardus” yang artinya tidak mau mikir dan lebih mengutamakan materi.
Tampaknya apa yang disampaikan oleh mantan aktifis tersebut memang punya dasar yang kuat, sampai Ia dengan lantang menyampaikan memiliki bukti kuat. Bila memang hanya tebarkan isu tidak berdasar, bisa saja Ia akan langsung mengklarifikasi dan minta maaf setelah menyampaikan informasi kontroversial di akun sosmed pribadinya.
Begitulah realita politik tidak ada kawan dan lawan abadi yang ada hanya kepentingan, meskipun sudah dikecewakan bisa saja kembali untuk mendukung. Buktinya seperti Demokrat tetap memberikan dukungan kepada Prabowo, meskipun sudah dikecewakan dengan hanya diberi angin surga oleh capres kubu oposisi.
Screenshot Berita detik.com
Paska pendaftaran ke KPU hari ini, kontestasi politik pilpres sudah mulai menghangat. Cawapres Ma'ruf Amin bicara soal kelompok yang selalu menyebut dirinya sebagai pihak yang menghargai ulama. Namun, kata Ma'ruf, kelompok tersebut tak mendengarkan hasil Ijtimak Ulama. Ma'ruf tak menyebut dengan lugas pihak yang dimaksud. Sindiran itu disampaikan Ma'ruf saat bicara tentang sosok pakde Jokowi. Menurut ketua umum MUI ini, pakde Jokowi sangat menghargai para ulama beda dengan yang di kubu sebelah.
"Ada belah sono ngomong ya menghargai ulama, menghargai ulama tapi hasil ijtimak ulamanya nggak didengerin, malah wakilnya bukan ulama," ujar Ma'ruf di kantor PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Jumat (10/8/2018). "Saya anggap Pak Jokowi betul-betul dia menghargai ulama. Penunjukan saya, saya anggap itu penghargaan ulama," kata dia. Sumber detik.com
Meskipun Ma’uruf Amin tidak menyatakan langsung kubu mana yang tidak mematuhi rekomendasi Itjima Ulama tetapi sudah jelas arah utama sindiran tersebut. Maka tidak dapat terbantahkan lagi bahwa pakde Jokowi yang sebenarnya menghargai para ulama dengan memilih ulama terbaik sebagai cawapresnya. Selain itu, pakde Jokowi membuktikan bahwa beliau tidak anti Islam. Sudah fix ya pret !
Dari realitas politik yang kita lihat saat ini, faktor logistik memang lebih diutamakan kubu sebelah daripada suara ulama pendukungnya. Apa yang disampaikan oleh Andi Arif terkait adanya mahar secara tersirat memiliki benang merah dengan tidak dipatuhi rekomendasi Itjima Ulama.
Kita semua pasti sepakat bahwa tokoh agama tidak memiliki logistik yang besar untuk memacu gerakan mesin-mesin politik partai. Ditambah lagi partai pengusung tidak akan mau melepas begitu saja peluangnya mendapatkan kursi cawapres. Harus ada dong timbal-baliknya. Didalam politik tidak akan ada makan siang yang gratis, semua ada hitung-hitungannya.
Poin positip yang dapat kita ambil dari dinamika politik saat ini adalah kita jadi mengetahui siapa oknum-oknum yang haus kekuasaan dan suka menunggangi isu Identitas untuk memuluskan langkahnya. Setelah kepentingannya berjalan mulus maka orang-orang yang membantunya ditinggal begitu saja.
Ibarat kisah romantisme, seorang pria memberikan gombalan-gombalan manis untuk mendapatkan seorang gadis. Setelah semua didapatkan, maka si gadis pun ditinggalkan begitu saja. Paling menyedihkannya lagi si pria itupun menikahi gadis lain yang memiliki harta kekayaan. Habis manis sepahnya pun dibuang dan dipijak-pijak.
Begitulah Kuda-Kuda
#2019TetapJokowi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makjleb, Ma’ruf: Belah Sono Ngomong Hargai Ulama tapi Ijtimak Tak Didengar, Terbukti Jokowi Hargai Ulama"

Posting Komentar