Pemilihan Presiden 2019 semakin menarik saja untuk kita amati. Sekitar sebulan lagi, KPU akan membuka pendaftaran bagi tokoh-tokoh yang hendak bertarung menuju kontestasi Pilpres tahun depan. Dinamika politik yang berlangsung semakin tidak terduga, pecah kongsi antar sesama tokoh semakin tampak nyata di permukaan.
Kesolidan dari kelompok sebelah semakin memudar, kita sudah melihat bersama kelompok sebelah sudah saling gilas-menggilas, ada tokoh yang harusnya beristirahat dan menikmati hari tua malah semakin ambisius untuk menjadi pesaing dari Pakde Jokowi. Padahal dari sudut pandang dan tolak ukur manapun beliau tidak akan mampu untuk mengalahkan pakde Jokowi, jangankan menang untuk mengimbangi saja itu hal yang sangat mustahil.
Mbah tua itu bermimpin seperti Pemimpin Malaysia yang baru Mahathir Muhammad (MM) yang menjabat sebagai Penguasa diusia yang hampir mencapai 1 abad. Apa si Mbah tak sadar kalau penguasa baru negara tetangga tersebut memang sudah pernah menjabat diposisi yang sama. MM terpanggil kembali untuk menyelamatkan negerinya yang tengah dilanda bencana korupsi besar-besaran.
Makanya jangan terlalu kepedean lah mbah mau meniru MM yang pernah berkuasa sebelumnya, dengan rekam jejak tersebut, dapat dipastikan MM memiliki basis pendukung yang tidak perlu kita ragukan lagi. Kalau mbah berharap senasip dengan MM, Emang mbah pernah jadi Presiden di Indonesia. Jangan terlalu jauh bermimpi mbah mending ikuti langkah ulama sekalian Gubernur dari NTB Tuan Guru Bajang yang telah mendukung pakde Jokowi untuk merebut Periode kedua.
Dukungan tersebut akhirnya membuat TGB dicoret dari daftar calon Presiden semu yang direkomendasikan Persaudaraan Alumni (PA) 212. Tuan Guru Bajang masuk dalam lima calon presiden yang akan didukung PA 212. Dalam Rakornas PA 212 yang digelar di Aula Sarbini, Taman Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, Mei silam. Nama TGB berada di posisi tiga. Selain TGB, capres lain yang didukung PA 212 yakni Rizieq Shihab, Prabowo, Yusril Ihza Mahendra, dan Zulkifli Hasan.
"Kami coret, karena buat kami itu harga mati untuk tidak mendukung Jokowi," kata Juru Bicara PA 212 Novel Bamukmin kepada CNNIndonesia.com, Kamis (5/7).
Novel Bamukmin pun meradang, NB mengatakan awalnya nama TGB masuk ke dalam daftar nama Capres karena statusnya sebagai ulama serta sebagian peserta Rakornas mengusulkan nama TGB bukan sebagai politikus Demokrat. Novel membeberkan 'jejak hitam' Partai Demokrat, seperti membela aliran sesat, padahal MUI tahun 2005 menyatakan Ahmadiyah sesat dan bukan Islam. Tak hanya itu, FPI saat itu juga pernah berunjuk rasa ke KPK untuk mendesak KPK mengusut besan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Aulia Pohan. Weleh, weleh, saling serang nih yee.
Kita yang memiliki akal sehat patut memberikan apresiasi kepada Tuan Guru Bajang atas pilihan politiknya. Beliau dengan keberaniannya menanggung resiko di pecat dari PA 212 dan kemungkinan besar akan kena sanksi dari Partai Demokrat (PD), karena sampai detik ini secara Kepartaian belum mendukung Pakde Jokowi dan masih mengupayakan sang Pangeran Cikeas yang akan bertarung di kancah Pilpres tahun depan.
Berdasarkan dukungan TGB kepada Pakde Jokowi, penulis menganalisa bahwa internal PD saat ini sedang mengalami goncangan. Secara tersirat tampak bahwa tidak semua pengurus maupun kader dari PD sepakat untuk mengusung sang Pangeran yang bertarung di kancah perebutan tongkat kekuasaan negeri ini. Penulis yang merupakan orang biasa bukan pengamat politik melihat bahwa terlalu memaksakan mengusung sang Pangeran Cikeas. Bayangkan saja bertarung merebut kursi Gubernur DKI saja tumbang di urutan paling buncit apalagi menjadi pesaing pakde Jokowi, bisa-bisa tak ada suara yang mendukungnya kecuali suara sebagian pengurus dan kader PD. Itupun sebagian saja, kalau TGB dan Ruhut Sitompul dapat dipastikan tidak akan mendukung Pangeran Cikeas.
Dari sudut pandang apapun Pangeran Cikeas memang belum layak untuk menjadi penguasa negeri ini. Pengalamannya masih terlalu minim untuk mengurus bangsa besar seperti Indonesia ini. Bila dikaji dari kepangkatan ketika jadi militer, Pangeran Cikeas layaknya jadi Bupati, Walikota, atau bisa saja jadi anggota DPR terlebih dahulu. Jangan terlalu ambisius di zaman teknologi saat ini, masyarakat sudah semakin cerdas untuk menentukan pilihan. Mbah google tidak pernah merahasiakan rekam jejak siapapun di Dunia ini apalagi hanya sekelas Pangeran Cikeas.
Begitulah Unta-Unta
0 Response to "PA 212 Coret Nama TBG, Novel Bamukmin : Beberkan ‘Jejak Hitam’ Demokrat"
Posting Komentar