Pakde Jokowi berbicara dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren (Ponpes) An-Najah, Gondang, Sragen, Jawa Tengah. Jokowi mengajak masyarakat pintar memilih pemimpin. Salah satunya dengan melihat rekam jejak calon pemimpin itu. Presiden berpesan agar masyarakat tetap menjaga persatuan meskipun berbeda pilihan dalam pemilu. Hal tersebut menjadi kedewasaan masyarakat dalam berpolitik.
Pakde Jokowi mengingatkan agar masyarakat tak terprovokasi di tahun politik. Beliau lantas menyindir politikus yang sengaja memanaskan situasi politik. Beliau mengingatkan agar masyarakat tidak terprovokasi oleh para politikus. Menurutnya, ada pihak-pihak yang ingin memanaskan situasi bangsa di tahun politik.
"Sering kan kalau mendekati pilihan bupati, wali kota, gubernur, pilihan presiden, dikompori. Yang ngompori siapa? Ya para politikus," kata Jokowi, Sabtu (14/7/2018). "Lihat rekam jejaknya, lihat track recordnya, pernah jadi apa, prestasinya apa, kinerjanya seperti apa. Harus dilihat. Jangan gampang percaya," kata dia. Sumber : Detik
Pernyataan bernuansa sindiran Pakde Jokowi didukung oleh PDI-P dan Golkar. Kedua Partai pendukung Pemerintah ini menganggap Politikus kompor sudah bukan rahasia umum dan aktornya politikus senior. kita sudah melihat bersama secara terbuka melalui media elektronik maupun media cetak bahwa yang suka membuat panas dinamika politik bangsa ini orangnya itu – itu saja alias dari kelompok yang sama. Kita sudah merdeka, tetapi cara – cara “Devide Et Impera” tetap ditiru oleh kelompok haus kekuasaan.
Pertanyaan yang timbul siapakah politisi senior yang lidahnya bagaikan sumbu dan mulutnya bagaikan kompor tersebut. Memang tidak etis menyampaikannya dengan gamblang, tetapi kita bisa menganalisa sendiri kemanakah arah pernyataan dari Ketua DPP Gokar Tubagus Ace Hasan Syadzily. Kalau bukan maling sapi ya bandar fiksi dan bisa jadi Mbah yang sudah bau tanah, karena kelompok inilah yang memiliki senior yang ngebet banget jadi penguasa. Ha ha ha
Akhirnya, pernyataan Pakde Jokowi membuat PAN dan Gerindra gerah, meradang dan seakan tersindir. Padahal dengan mereka menanggapi pernyataan Pakde Jokowi malah mengisyaratkan kepada masyarakat kemana sebenarnya tujuan pernyataan Pakde tersebut. Andai saja mereka diam tak memberikan tanggapan, bisa saja masyarakat menganggap pernyataan dari Pakde Jokowi hanya sebuah Joke.
Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengatakan, adanya perbedaan pendapat dengan Jokowi adalah hal yang biasa. Jangan dianggap setiap komentar yang berseberangan malah ingin membuat situasi di tengah masyarakat menjadi panas. Yandri menilai, sebaiknya Jokowi menanggapi perbedaan pendapat yang ada sebagai sebuah masukan bagi pemerintah. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar di dalam sebuah negara demokrasi. Sumber Detik
Masalah di negeri ini bukan lagi terkait perbedaan pendapat malah sudah mengarah ke perbedaan SARA. Maka alangkah lebih baik unsur SARA jangan dipolitisir ataupun diplintir supaya tidak menimbulkan riak – riak konflik horizontal di akar Rumput. Dalam demokrasi, kritik dibutuhkan dalam rangka check and balances. Tapi berilah kritik dan masukan yang membangun, tentu berdasar fakta dan data yang akurat. Bukan melempar tudingan dan hoax dengan tujuan memanas-manasi masyarakat layaknya kompor. Karena kalau begitu, rakyat yang paling dirugikan.
Andre mengatakan pihaknya bukan merupakan politikus kompor sebagaimana disampaikan Jokowi. Menurut Andre, Gerindra merupakan partai yang mengkritisi keadaan negara secara konstruktif.Ya kalau emang perlu Pak Jokowi boleh sebut nama saja. Tapi jangan sampai Pak Jokowi asal tuduh karena dikritik karena lemahnya kinerja ekonomi, lalu dibilang politisi kompor itu salah juga," tutur anggota badan komunikasi Gerindra, Andre Rosiade dalam perbincangan, Minggu (15/7/2018). Sumber : Detik
Jujur penulis langsung ngakak membaca respon dari kader Gerindra diatas, tersirat bahwa mereka ini tersindir dengan pernyataan Pakde Jokowi yang sebenarnya tidak ditujukan kesiapapun. Kalau Pakde Jokowi, mereka selalu minta pakde terbuka siapa orang yang dimaksud politikus kompor. Tapi ketika Mbah bau tanah sebut Partai Allah dan Partai Setan, mereka membela dan mengatakan tidak perlu diperpanjang pernyataan tersebut.
Satu lagi ketika sang Capres menyampaikan adanya elit di Jakarta yang benci samanya. Kok situ tak minta juga dibuka ke publik siapakah elit tersebut. oh iya, penulis baru ingat tidak mungkinlah ada yang berani minta penjelasannya, nanti takutnya dilempar henkpon. Kalau henkpon limited edition sih tidak masalah, ini yang dilempar pun Henkpon jadul bisa – bisa geger otak kena ke kepala.
Begitulah Unta -Unta
0 Response to "Jokowi Sebut “Politikus Kompor”, Golkar : Itu Sindiran ke Senior, PAN – Gerindra Meradang"
Posting Komentar