Dinamika politik masih berliku dikubu oposisi meskipun para elit-elit partai pendukung Prabowo tampak adem dihadapan kamera pewarta berita. Bila kita memaknai pernyataan yang disampaikan oleh elit-elit partai pengusung tersebut, maka kita dapat mengambil kesimpulan awal bahwa mereka masih mendorong jagoannya masing-masing untuk mendampingi Prabowo.
Seharusnya Prabowo sudah dapat menenangkan diri saat ini, dimana koalisi pengusungnya dalam Pilpres tahun depan sudah mulai mengerucut meskipun belum ada yang deklarasi secara resmi kecuali partai Gerindra yang dibentuknya sendiri. Kan tidak mungkin partainya sendiri tidak mendukung.
Pasti sangat membingungkan untuk menentukan pilihan, bila dipilih yang satu nanti yang lain tidak sepakat, koalisi yang dibentuk bisa layu sebelum berkembang. Meskipun memang berpasangan dengan satu Partai saja sudah dapat memenuhi persyaratan Presidential Treshold kecuali bersama dengan PAN baru tidak mencukupi. Prabowo bisa-bisa menjadi 'Andilau' karena partai yang mendukung saling berebut posisi cawapres. 'Andilau' itu apa sih, 'ANtara DIlema dan gaLAU'. Ha ha
Baca Juga : Prabowo Deal Dengan SBY, PKS Terjepit, Hanura : Prabowo Pakai Jurus ‘Mabuk’
Berikut Cawapres dari masing-masing Partai yang (kemungkinan akan) mendukung Prabowo :
Pertama, PKS diawalnya mempublikasi 9 (Sembilan) nama hasil penjaringan internal partai. Sembilan bakal calon presiden dan wakil presiden dari PKS itu antara lain, Ahmad Heryawan; Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid; Mantan Presiden PKS, Anis Matta, Irwan Prayitno. Kemudian Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al'Jufrie; Tifatul Sembiring, Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf dan Ketua DPP PKS sekaligus pakar tagar (Hastag) Mardani Ali Sera.
Kabar terbaru, PKS sepertinya sudah fix menjagokan Menteri Sosial ke 26 Salim Segaf Al'Jufrie. Keputusan tersebut mengerucut berdasarkan hasil dari Ijtima Ulama, selain nama SSA timbul juga nama tokoh agama yang saat ini sangat terkenal di Indonesia meskipun terkadang menimbul pendapat pro dan kontra dimasyarakat, beliau bernama Ustad Abdul Somad (UAS).
Kedua, PAN masih tetap kokoh mengupayakan Ketua Umumnya Zulkifli Hasan (Zulhas) untuk maju dalam kontestasi politik pilpres tahun depan. Tetapi sesepuh PAN Amien Rais sepertinya mengarahkan dukungan kepada UAS. Sampai-sampai ketika UAS menyatakan menolak tawaran menjadi Cawapres Prabowo, mbah Amien pasang badan untuk berkomunikasi dengan UAS agar menerima tawaran tersebut.
Selain mbah Amien, ada satu lagi politikus PAN Eggi Sudjana yang sangat semangat berjuang supaya UAS mendampingi Prabowo, sampai-sampai mengeluarkan pernyataan yang monohok. Eggi Sudjana menyebut parpol 'koalisi keummatan' yang tidak mendukung duet Prabowo Subianto-Ustaz Abdul Somad sebagai partai munafik.
Pernyataan Eggi Sudjana tersebut menuai tanggapan dari elit-elit partai yang bergabung dikoalisi Prabowo meskipun responnya hanya bernuansa normatif saja. Tidak ada balasan yang hot padahal kata-kata munafik ini sudah termasuk sebuah kata yang monohok dan tidak enak didengar oleh siapapun. Andai saja Ngabalin yang sampaikan pernyataan 'Partai munafik' tersebut, bisa-bisa bani kampret langsung menyerang balik dengan meme, status, twitt, dan ilmu cocokologi secara massif.
PAN yang disebut oleh Ngabalin adalah Penghianat ini tampak tidak ada rasa segan dan malu ketika blak-blakan mendukung oposisi, padahal PAN dapat dikatakan termasuk dalam partai koalisi pemerintahan pakde Jokowi, terbukti dengan adanya kader PAN menduduki salah satu kursi empuk pembantu presiden yakni Menpan RB. Mbah amien menyarankan masyarakat agar santun, padahal apa yang telah dilakukan oleh PAN bukan politik santun.
Ketiga, Demokrat mengupayakan Kogasma Demokrat AHY untuk maju mengikuti kontestasi politik tertinggi di negeri ini, meskipun hanya berbekal Pensiunan TNI pangkat mayor. Tapi beberapa waktu terakhir sebelum mendukung Prabowo, Demokrat sudah mulai kalem (Baca : Realistis), karena tidak ada satupun partai yang melirik AHY selain Demokrat. Menyedihkan ya !
Oleh karena itu, timbullah strategi baru memberikan dukungan kepada kandidat Capres. Komunikasi politik mentok di kubu Pakde Jokowi terpaksalah bergabung dengan Prabowo. Bila tidak menyatakan dukungan secara resmi beberapa hari sebelum pembukaan pendaftaran bisa-bisa Demokrat akan jadi penonton untuk kedua kalinya, tapi bahasa elitnya partai penyeimbang.
Melihat polemik yang masih berkelanjutan ini, penulis menganalisa bahwa koalisi yang menjagokan Prabowo sebagai Capres masih sangat rentan terpecah dan karam. Dimana masing-masing partai masih konsisten mengupayakan kader sendiri untuk maju sebagai pendamping mantan menantu penguasa orde baru yang diktator.
Berbanding terbalik dengan koalisi pakde Jokowi, semua Ketum partai pengusung beserta elit-elitnya tetap adem dan santai, tak tampak sedikitpun ketegangan. Ditambah lagi pakde Jokowi masih tetap sibuk kerja menjalankan amanah rakyat. Maka berdasarkan bahasa tubuh dan pernyataan-pernyataan pakde Jokowi beserta partai pengusung memberikan gambaran kepada kita bahwa kemungkinan besar kemenangan akan dapat diraih.
Optimisme kubu pakde Jokowi membuktikan bahwa sudah siap bertarung dalam kontestasi pilpres tahun depan. Bukan seperti kubu oposisi yang masih gontok-gontokan menentukan Cawapresnya Prabowo. Seharusnya yang perlu kubu oposisi diskusikan itu, andai saja (catat ya ini hanya berandai-andai) bila Prabowo menang siapa yang akan jadi Ibu Negara ?
Begitulah Unta-Unta,
Salam Capres Jomblo,
0 Response to "Disepakati Jadi Capres, Koalisi Berebut Posisi Cawapres, Prabowo ‘Andilau’ ?"
Posting Komentar