"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Beda Kelas, MSP : Jangan Pilih Tukang Tabok Rakyat, GN : Pilih Pemimpin Asli Sumut


Ada dua kegiatan yang cukup menarik terjadi tepat pada hari sabtu (23/6/2018) di Provinsi Sumatera Utara. Dimana kedua Pasangan Calon (Paslon) mengadakan kampanye akbar terakhir sebelum masa tenang Pilkada Sumut. Kedua Paslon mengadakan kegiatan di dua tempat berbeda Pasangan Calon nomor urut 1 Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah yang akrab disapa Keramas eh salah Eramas. Paslon nomor urut 1 mengadakan kegiatan lapangan Merdeka, Medan.
Dalam acara kampanye akbar sekaligus tabligh akbar ini mengundang Gatot Nurmantyo (GN) dan dua tokoh agama yang dikenal sangat kontroversial. Banyak ditemukan dakwah-dakwah yang menyulut pro dan kontra dikalangan masyarakat. Kedua tokoh agama ini pernah ditolak oleh kelompok masyarakat di beberapa daerah bahkan luar negeri karena dinilai memberikan ceramah yang tidak elegan di tengah-tengah bangsa Indonesia yang heterogen dan menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.
Penulis tidak perlu sebut diartikel ini siapakah kedua tokoh agama tersebut, entar ada dari kelompok Kampret yang kebakaran jenggot. Selain itu, dalam artikel ini penulis ingin fokus tentang pernyataan 2 tokoh negara yang sudah sangat dikenal masyarakat dari sabang sampai merauke. Tapi sebelum ke topik utama penulis sarankan sahabat pembaca bisa cari tahu melalui mbah Google, siapa tokoh agama yang pernah ditolak hadir di Hongkong, Bali, Kalimantan Barat dan dibeberapa daerah lainnya. Maka dari situ sahabat pembaca pasti dapat memahami siapakah yang penulis maksudkan.
Paslon nomor urut 2 Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus yang akrab disapa Djoss mengadakan kampanye akbarnya di Stadion Baharoeddin Siregar, Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Konon terdengar kabar dihadiri oleh puluhan ribu orang, termasuk pengurus Partai pendukung, relawan tim pemenangan serta para pendukung Djoss. Meskipun hujan mengguyur Daerah Medan dan sekitarnya tetap saja lokasi Kampanye Akbar dipenuhi oleh masyarakat yang menginginkan semua urusan mudah dan transparan di Sumut.
Djoss menghadirkan dua tokoh nasional yang merupakan Ketua Umum dari 2 Partai pendukung. Pertama, Ibu Megawati Sukarno Putri (MSP) yang merupakan Ketua Umum PDI-Perjuangan dan juga mantan Presiden Republik Indonesia kelima. Kedua, Romahurmujiy (Gus Romi) merupakan Ketua Umum PPP. Gus Romi digadang-gadang beberapa pihak ideal menjadi pendamping Presiden Jokowi untuk merebut periode kedua membangun bangsa ini.
Dalam dua acara yang berbeda tema dan lokasi ini penulis melihat ada dua pernyataan dari dua tokoh yang sangat menarik untuk dianalisis. Pertama, MSP menyampaikan bahwa informasi kini sudah lebih terbuka sehingga masyarakat dapat mencari tahu latar belakang calon pemimpinnya agar tidak menyesal kemudian. Dia menegaskan, keputusannya memilih Djarot-Sihar maju sebagai cagub-cawagub Sumut adalah karena berpengalaman, bersih dari korupsi dan kasus hukum lainnya, serta ikhlas melayani umat. Beda dengan yang lain, masih Calon saja sudah dipanggil KPK menjadi Saksi.
"Yang masih goyang kanan-kiri, saya membantu memilihkan. Apakah kalau jadi pemimpin boleh berbicara keras pada rakyatnya? Apakah boleh menabok rakyatnya? Artinya, kalau ada yang melakukan itu, jangan dipilih. Jangan sampai karena lima menit memilih, penyesalannya lima tahun," ungkap putri Bung Karno itu disambut tepuk riuh warga peserta kampanye akbar. Sumber liputan6.com
MSP memang tidak menjelaskan siapa figur yang beliau sebut kasar terhadap rakyat. Namun beberapa waktu lalu, viral video calon gubernur Sumut. Edy Rahmayadi memarahi masyarakat karena berdemonstrasi dan mengungsi di halaman Kantor DPRD Sumut. Peristiwa itu terjadi saat Edy menjabat Panglima Kodam I Bukit Barisan dengan pangkat Mayjen. Kala itu masyarakat menuntut terkait kasus lahan Ramunia. Penulis yakin sahabat pembaca sudah menonton video viral tersebut. 
Dari pernyataan tersebut, kita sudah dapat memahami bahwa MSP mengeluarkan pernyataan berdasarkan data dan fakta bukan mengada-ada ataupun informasi dari majalah fiksi. MSP menyampaikan pernyataan yang benar adanya, supaya masyarakat dapat lebih bijaksana dalam menentukan pemimpinnya. Jaman sudah semakin canggih dan maju, kita tidak butuh pemimpin yang keras dan sampai-sampai bermain fisik terhadapnya rakyatnya. Kita itu butuh pemimpin tegas tapi cinta terhadap rakyatnya. Rezim Orde Baru (ORBA) sudah berlalu jangan kita buka pintu kembali bagi calon pemimpin yang disokong dan didukung genk ORBA.
Kedua, GN yang merupakan mantan Panglima TNI. Beliau dalam acara Kampanye Akbar Eramas menyerukan semangat 'Marsipature Hutanabe'bahwa orang Sumatera Utara mampu memperbaiki tanah kelahirannya dan menyeru warga untuk memilih pemimpin dari warga asli di Pilgub Sumut.
Berikut petikan berita yang penulis lansir laman detik.com :
"Memilih pemimpin Sumut bukan dari warga Sumut adalah penghinaan terhadap warga Sumut sendiri. Dalam diri putra-putri Sumatera Utara mengalir darah pemimpin. Warga Sumatera Utara bukan mental tempe," kata Gatot dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/6/2018).
Pernyataan yang disampaikan oleh GN secara umum tidak ada masalah tapi bila dikaji lebih mendalam bahwa pernyataan tersebut jelas tidak memiliki dasar referensi yang kuat. Berbicara calon pemimpin pasti kita mengarah lebih utama adalah Calon Gubernur. Jadi bila berdasarkan Cagub, sudah jelas kedua Cagub yang ada saat ini bukan warga Sumut Asli. Andai saja, JR Saragih ikut bertanding baru layak beliau menyampaikan pernyataan tersebut.
Kita sudah ketahui bersama bahwa Cagub nomor urut 1 lahir di kota Sabang, Aceh dan Cagub nomor urut 2 lahir di Magelang, Jawa Tengah. Data membuktikan bahwa pernyataan yang disampaikan oleh GN dapat kita asumsikan hoaks dan tidak berdasar.
Berdasarkan dua pernyataan dari tokoh nasional diatas dapat membuktikan bahwa MSP jauh memiliki kapasitas dalam mengeluarkan pernyataan dibandingkan GN yang menyampaikan pernyataan tidak berdasarkan data dan fakta. Maka dapat kita simpulkan bahwa Mantan Presiden kelima dengan Pengen Presiden kedelapan memang beda kelas ketokohan. Berdasarkan analisis diatas sahabat pembaca pasti sudah dapat menentukan siapa yang lebih dipercaya dalam menyampaikan pernyataan.
Begitulah Peolotik- Peolotik
Salam Stunting

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Beda Kelas, MSP : Jangan Pilih Tukang Tabok Rakyat, GN : Pilih Pemimpin Asli Sumut"

Posting Komentar