"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Kepala SAR : Ratna Sarumpaet Saja Nyelam Di Danau Toba


Pencarian KM. Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba akhirnya tidak dapat dilanjutkan. Basarnas telah menyampaikan kepada masyarakat terkhusus keluarga korban alasan mengapa proses evakuasi bangkai kapal dan jenazah korban telah dihentikan. Memang bila kita kaji secara kemanusiaan langkah yang telah diambil oleh Pemerintah melalui Basarnas tidak elegan. Seharusnya seluruh korban harus di evakuasi supaya dikebumikan secara layak menurut agama dan kepercayaan para korban semasa hidup.
Meskipun demikian pertimbangan kemanusiaan hendaknya beradil jangan berat sebelah. Basarnas harus meminimalisir korban tambahan pada saat proses evakuasi. Kita juga harus mengerti bahwa proses evakuasi tersebut merupakan langkah yang sulit. Dimana kondisi lokasi tenggelamnya kapal masih sulit untuk digambarkan. Kedalaman Danau Toba yang tidak merata juga termasuk salah satu kendala dalam melakukan tindakan evakuasi. Ditambah dinginnya suhu mencapai 0 derajat Celcius didalam perairan Danau Toba mejadi pertimbangan.
Melakukan proses evakuasi didalam kedalaman sekitar 450 meter sudah pasti tidak dapat dilakukan oleh manusia. Kemampuan daya selam manusia hanya mencapai 50 meter makanya diperlukan alat canggih untuk melakukan tindakan evakuasi. Kendala paling menyedihkannya lagi adalah andai saja evakuasi korban dilanjutkan, ada kemungkinan kondisi jenazah korban tidak akan utuh sampai kedaratan karena sudah mengalami pembusukan setelah sekitar 2 minggu tenggelam didasar Danau Toba.
Selain faktor-faktor diatas yang penulis telah sampaikan, Basarnas telah memaparkan kepada publik bahwa ada beberapa kendala teknis makanya evakuasi korban kecelakaan KM. Sinar Bangun Dihentikan. Berikut ini penulis rangkum kendala-kendala tersebut yang dilansir dari laman berita Tribunnews.com :
Pertama, Kendala Alat
ROV yang lebih canggih rencananya akan didatangkan dari Surabaya. Namun, rencana tersebut dibatalkan karena kendala untuk mendatangkan alat tersebut. Kendala itu dikarenakan lamanya pengiriman serta perakitan. Sebelumnya, ada informasi mengenai ROV yang didatangkan dari Singapura. Alat yang dimaksudkan tersebut adalah ROV dari Surabaya yang dibuat di Singapura.
Kedua, Konsultasi dengan Pakar
Mengenai ROV dari Surabaya tersebut, Bambang mengaku telah berkonsultasi dengan pakar atau ahli mengenai pengoperasiannya. Menurut Bambang, sudah tidak bisa lagi untuk mengoperasikannya dalam waktu yang lama. "Saya tanya ahli-ahli luar negeri yang mengerti tentang ini. Mereka bilang ini sudah 14 hari, sudah tidak bisa lagi," tambahnya.
Ketiga, ROV Terlilit Tali Kapal
Basarnas menggunakan ROV bawah air milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun, pada penggunaannya, ROV tersebut juga mengalami kendala saat merekam kondisi jenazah korban penumpang KM Sinar Bangun di dasar Danau Toba. Dan lamtalmal I Belawan Ali Triswanto membenarkan sampai saat ini ROV terlilit tali kapal di dasar danau. Karenanya, pihak TNI AL ikut dan berusaha membantu Basarnas untuk melepaskan lilitan tersebut.
Memang menyampaikan kritik itu sangat gampang tetapi bila ditanyakan solusi pasti sulit untuk didapatkan dari si pengkritik. Salah satu bukti nyata, kalau kita dengar celotehan Ratna yang meminta evakuasi korban harus dilanjutkan padahal kendala-kendala sudah dijelaskan dengan gamblang oleh pihak terkait salah satunya Basarnas. Coba deh tanya solusi dari beliau pasti bilang minta dukungan Internasional misalnya PBB. Katanya anti aseng dan asing, tapi ujung-ujungnya minta bantuan juga.
Gegara kedegilan seorang aktifis veteran keturunan Batak ini akhirnya Kepala SAR Medan pun menyampaikan tanggapan monohok bernuansa humor. Kepala SAR Medan santai menanggapi aksi yang telah dilakukan Ratna ditepian Danau Toba Tiga Ras, Simalungun.
"Itu kami nggak peduli. Suruh saja Bu Ratna nyelam, ha-ha-ha...," ujar Kepala SAR Medan sekaligus Koordinator Tim Pencarian KM Sinar Bangun, Budiawan, kepada detikcom, Selasa (3/7/2018). "Anggota saya 1.600 menantang (bertaruh, red) nyawa di Danau Toba," kata Budiawan."Jangan banyak omong. Kalau hanya ngomong, semua orang bisa. Bu Ratna saja yang nyelam," tuturnya. Sumber detik.com
Kepala SAR Medan menganalogikan pernyataan dari Ratna itu seperti pertandingan sepak bola. Semua orang bisa berbicara, tapi Tim SAR memilih banyak bekerja. Ratna seperti penonton sepakbola yang terlalu banyak berkomentar, sedangkan Tim SAR adalah pemainnya. Memang seperti itulah mayoritas manusia hanya mahir memberikan komentar saja.
Seharusnya Ratna jangan lagi membuat kegaduhan dan mengukit kembali kesedihan yang sudah berangsur pulih. Mayoritas keluarga korbanpun sudah ikhlas menerima musibah ini. Menurut penulis langkah ideal yang harus dijalankan Ratna adalah mengkawal peraturan-peraturan yang berlaku agar berjalan sampai ke akar rumput. Jangan sampai negeri ini ribut dan saling tuding ketika ada kejadian yang menimpa saja. Tetapi sangat minim yang menaruh perhatian terhadap langkah pencegahan.
Begitulah Unta-Unta

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kepala SAR : Ratna Sarumpaet Saja Nyelam Di Danau Toba"

Posting Komentar