"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

PKS : Koalisi Dengan Gerindra Bukan Harga Mati, Isyarat Mengikuti Pendiri PKS Dukung Jokowi


Politik itu tidak selamanya dapat berjalan mulus terkadang ada krikil-krikil tajam yang menjadi penghalang, apalagi dalam kontestasi politik pemilihan presiden. Tarik-menarik kepentingan sangat kuat dalam proses lobi-lobi. Koalisi Partai politik dapat dikatakan mirip dengan pacaran, ketika janur kuning belum melengkung maka semua kemungkinan masih bisa terjadi. Bisa saja hubungan pacaran itu putus ataupun berlanjut kejenjang yang serius.
Partai oposisi sedang melalui proses lobi-lobi yang alot dan panas, maka sampai detik ini belum ada kepastian siapa yang hendak bertarung melawan sang Juara bertahan Pakde Jokowi yang memiliki bejibun prestasi dalam memimpin bangsa Indonesia di periode pertama ini. Pembangunan merata dari ujung barat sampai timur, Papua selama pemimpin sebelumnya kurang diperhatikan tapi sekarang saudara-saudara di Papua telah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat dibawah komando Pakde Jokowi.
Saat ini posisi paling dilematis adalah Prabowo, peluangnya untuk bertarung kembali dengan pakde Jokowi seakan hilang timbul. Belum ada kejelasan apakah Prabowo akan dapat memenuhi persyaratan 20 persen Presidential Treshold. Tercatat masih Gerindra yang mendukung Prabowo, itupun karena partai tersebut didirikan olehnya.
Posisi yang dilematis dirasakan oleh Prabowo saat ini, semua partai yang belum deklarasi sama-sama punya ambisi mendorong kadernya untuk ikut dalam pertarungan kontestasi pilpres. Misalnya Demokrat yang secara mutlak ingin mengupayakan AHY putra sulung SBY agar ikut dalam pertarungan Pilpres. Padahal untuk Cagub DKI saja AHY ditumbangkan oleh Anies dan Ahok kala itu, gimana lagi mau pilpres, bisa-bisa karamlah dibuat pakde Jokowi.
Menurut analisis penulis, AHY didorong untuk maju ke pilpres bukan prioritas menang tahun depan tapi untuk memperkenalkan diri kepublik dan menabung elektabilitas sebagai modal pertarungan yang seutuhnya yakni Pilpres tahun 2024. Dimana prediksi banyak pakar politik pada tahun 2024 sosok kaum muda yang akan melenggang mulus sebagai pemimpin Indonesia.
Jadi siapapun yang hendak meminang AHY ada baiknya memikirkan ulang karena sangat sulit mengalahkan petahana. Bila Prabowo menggandeng AHY maka kemungkinan besar partai oposisi yang lain akan mempertimbangkan dengan matang. Menurut analisis penulis bila Prabowo meminang AHY, maka peluang Pakde Jokowi akan semakin besar untuk menang.
Bisa saja nanti PKS dan PAN bergabung dengan partai koalisi petahana. Bila ingin membangun poros ketiga tidak akan mungkin karena kedua partai ini tidak memenuhi syarat Presidential threshold, jadi terpaksa harus memilih mana pasangan calon yang memiliki peluang melang lebih besar.
Apalagi PKS sudah menyampaikan secara gamblang melalui Direktur Pencapresan Suhud Aliyudin bahwa koalisi dengan Prabowo belum harga mati sampai saat ini. jadi dapat disimpulkan bahwa PKS dan Gerindra belum menemukan kata sepakat sampai saat ini. Hubungan kedua partai tersebut masih dinamis dan bisa saja akan menimbulkan keriuhan menjelang detik-detik akhir penutupan pendaftaran Capres – cawapres oleh KPU.
Suhud Aliyudin berpendapat bahwa kemungkinan besar koalisi antara Partai Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat akan terbentuk sebagai penantang kubu pendukung Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang. Kendati demikian, terbentuknya koalisi tersebut juga tergantung dari kesepakatan mengenai capres dan cawapres yang akan diusung.
Menurut Suhud, hingga saat ini belum ada titik temu di antara keempat partai mengenai opsi capres-cawapres yang akan diusung. Maka koalisi kubu oposisi masih belum fix sampai detik ini. andai saja langkah koalisi dengan Gerindra tidak ada titik temu, maka PKS juga menyiapkan langkah antisipasi,
Suhud menambahkan, dalam pekan ini PKS mengintensifkan komunikasi dengan beberapa partai untuk menyiapkan langkah antisipasi tersebut. Bahkan komunikasi dilakukan dengan partai pendukung pakde Jokowi, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Golkar. Kemudian, komunikasi juga akan dilakukan secara intensif dengan Demokrat dan PAN.
Sebenarnya PKS perlu berkaca diri dan evaluasi diri, Mayoritas masyarakat memang sudah kurang respek dengan partai ini. Masalah inilah menjadi bahan pertimbangan besar bagi siapapun yang hendak mendapatkan dukungan plus pendamping dalam kontestasi Pilpres. Penulis sangat yakin Prabowo tidak akan memilih kader PKS karena menimbang image PKS di berbagai kelompok masyarakat di Indonesia.
Oleh karena itu, sebentar lagi kita akan lihat PKS akan menjadi tim hore-hore dalam pilpres mendatang. Tidak ada satupun dari 9 nama yang dipinang orang lain. bila itu terjadi maka kehancuran PKS akan semakin tampak nyata. Maka lebih baik mengikuti langkah dari salah satu pendiri PKS Yusuf Supendi mendukung pakde Jokowi dalam merebut periode kedua.
Yusuf Supendi memprediksi bahwa siapa pun figur yang diusung sebagai calon presiden tak akan mampu mengalahkan perolehan suara Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019. Ia pun meyakini, siapa pun calon wakil presidennya nanti, Jokowi akan tetap terpilih menjadi presiden untuk periode 2019-2024. Menurut Yusuf, dukungan dari sembilan partai politik saat ini membuat peluang kemenangan Jokowi sangat besar. Sebelum menyesal PKS hancur karena tidak tembus Parliement Treshold 4 persen maka lebih baik ikuti langkah Yusuf Supendi mendukung Pakde Jokowi.
Begitulah Unta-Unta,

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PKS : Koalisi Dengan Gerindra Bukan Harga Mati, Isyarat Mengikuti Pendiri PKS Dukung Jokowi"

Posting Komentar