"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Cak Imin Sosok Pendamping Jokowi


Kontestasi politik belakangan ini lagi tenar-tenarnya digandrungi oleh masyarakat baik dari kawula muda maupun orang dewasa sampai-sampai lansia juga ikut terbawa arus perbincangan mengenai kondisi dan perkembangan politik daerah maupun nasional terkini. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat sudah terbagi dalam 2 kelompok besar. Meskipun kelompok paling besar adalah kelompok pendukung Presiden Jokowi yang akrab disapa Pakde Jokowi.
Gerakan hastag 2019 Ganti Presiden yang diinisiasi oleh kelompok oposisi terbukti tidak memberi dampak signifikan untuk menjatuhkan popularitas dari Pakde Jokowi. Gerakan yang digerakkan oleh kelompok oposisi malah menjadi blunder ketika massa dari kelompok yang teriak-teriak ganti Presiden melakukan tindakan yang tidak terpuji. Massa tersebut melakukan persekusi dan penghinaan terhadap masyarakat yang mereka anggap tidak sejalan dengan kelompoknya. Belum apa-apa sudah bertindak arogan, gimana lagi kalau kelompok ini berkuasa bisa-bisa persekusi hal yang biasa dinegeri ini.
Penulis beropini menggunakan data dan fakta, penulis menulis berdasarkan hasil survey bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja kabinet Pakde Jokowi masih berada diatas 70 persen ditambah tingkat elektabilitas Pakde Jokowi masih berada diposisi aman yakni dikisaran 50 persen. Oleh karena itu, peluang memenangkan periode kedua masih terbuka lebar.
Berdasarkan Survei nasional Y-PUBLICA merilis hasil survei mengenai isu gerakan 2019 ganti presiden. Masyarakat sebanyak 67,3 persen tidak menginginkan Pakde Jokowi diganti. Sedangkan yang setuju sebanyak 29 persen. Direktur Eksekutif Y-PUBLICA Rudi Hartono mengatakan, gerakan tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap politik. Sebab, dari responden yang mengetahui gerakan tersebut menyebutkan sebagai gerakan di media sosial, dengan persentase 36,4 persen.
"Sekitar 67,3 persen tidak setuju, 29 persen yang menyatakan setuju. Itu yang kami simpulkan tidak berdampak politik," kata Rudi saat rilis survei di Sarinah, Jakarta Pusat, Jumat (25/5). "Gerakan itu tidak membuat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah itu jatuh," jelas Rudi (Merdeka.com)
Survei ini juga menemukan bahwa gerakan ganti presiden tidak berpengaruh banyak terhadap kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pakde Jokowi. Y-PUBLICA membandingkan dengan survei kepuasan kerja pemerintah oleh Litbang Kompas yang dilakukan 21 Maret-1 April 2018. Y-PUBLICA kepuasan pemerintah berada di 72,5 persen, sedangkan Litbang Kompas berada di 72,2 persen.
Penulis yakin ketika kelompok sebelah membaca artikel ini apalagi dengan disuguhkan data-data valid, mereka akan sontak berteriak bahwa artikel ini hoaks. Karena informasi yang mereka sukai itu adalah ketika pemerintahan Pakde Jokowi dinyatakan tidak optimal atau paling ektrimnya lagi ketika Pakde Jokowi dihina baik dimedia sosial maupun dunia nyata.
Namanya saja kelompok kampret yang cara berpikirnya terbalik. Kejadian ini bukan terjadi secara spontan, logika para kampret pasti sudah diputarbalikkan oleh oknum-oknum yang tidak menginginkan Bangsa ini bergerak menuju #IndonesiaMaju. Oknum-oknum tersebut menginginkan bangsa tetap terpuruk dan rakyat tetap bodoh agar mereka bersama keturunannya kelak akan silih berganti menguasai bangsa ini.
Kita harus saling bergandeng tangan untuk menenggelamkan mereka yang ingin menghancurkan negeri ini. Kita juga harus saling bergotong royong membantu Pakde membangun bangsa ini. Makanya kita yang masih memiliki logika berpikir harus bersuara jangan hanya diam, karena diam adalah penghianatan.
Peluang kemenangan Pakde Jokowi untuk merebut periode keduanya memang sudah terbuka lebar. Kalau tidak ada aral melintang, sudah dapat kita pastikan bahwa kita akan tetap dipimpin oleh Pakde Jokowi sampai tahun 2024. Kinerja-kinerjanya selama ini sangat memuaskan dan perlu kita apresiasi. Pembangunan merata dari sabang sampai merauke, tidak ada bagi Pakde Jokowi daerah basis maupun tidak, semuanya sama bagi beliau.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa #CawapresJokowi memiliki peran yang cukup mempengaruhi untuk memperbesar peluang kemenangan merebut periode kedua. Maka dibutuhkan keseriusan dalam menyeleksi siapakah yang ideal dan layak mendampingi Pakde Jokowi dalam Pilpres mendatang. Jangan sampai salah pilih, karena menurut analisa penulis bahwa kesalahan dalam menentukan Cawapres dapat berpengaruh besar bagi Pakde Jokowi merebut periode kedua.
Beberapa nama-nama tenar dan memiliki rekam jejak mumpuni sudah blak-blakan menunjukkan niatannya ingin menjadi aktor utama yang akan menghantarkan #IndonesiaMaju. Nama-nama tenar yang memiliki modal elektabilitas sesuai hasil survey nasional antara lain, Gatot Nurmantyo (GN), Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Mahfud MD (MMD), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Jusuf Kalla (JK), Anies Baswedan (AB), Sri Mulyani (SM), Moeldoko, Romahurmuzy (Gus Romi), Zulkifli Hasan (Bang Zul), Tuan Guru Bajang (TGB), Wiranto dan yang lainnya.
Menurut pendapat penulis #CawapresJokowi yang paling ideal adalah dari unsur Militer (TNI) dan tokoh agama. Sebelumnya penulis telah membuat sebuah artikel tentang tokoh-tokoh yang layak dan ideal menjadi pendamping Pakde Jokowi dari Purnawirawan TNI. Dimana penulis menjagokan 3 nama tokoh, yakni Moeldoko, Wiranto, dan Gatot Nurmantyo. Meskipun bila ditanyakan penulis berpendapat bahwa pilihan terbaik ada Gatot Nurmantyo.
Berikut Artikelnya, bagi sahabat pembaca silahkan membuka link dibawah ini :
Maka dalam artikel ini penulis ingin memberikan pandangan terkait pendamping Pakde Jokowi yang ideal dari tokoh-tokoh agama. Dari sekian banyak nama-nama yang sudah naik dipermukaan. Penulis berpendapat ada 3 tokoh agama yang ideal jadi pendamping Jokowi yakni Cak Imin, Gus Romi dan Mahfud MD. Ketiga tokoh ini sudah pasti sangat dikenal oleh publik, karena selain tokoh agama mereka merupakan tokoh-tokoh politik.
Tetapi dari ketiga nama ini penulis menganalisa bahwa Cak Imin merupakan tokoh yang paling potensial dapat menjadi #CawapresJokowi. Mengapa penulis memilih Cak Imin, alasannya jelas karena beliau merupakan salah satu tokoh yang mendukung sejak awal Pakde Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia. Kontribusi Cak Imin dapat dikatakan sangat besar untuk memenangkan Pakde Jokowi diperiode pertamanya.
Drs. H. Muhaimin Iskandar, Msi atau sering dipanggil dengan nama Gus Imin atau Cak Imin lahir di Jombang, Jawa Timur, 24 September 1966 sehingga usianya saat ini adalah 51 tahun. Ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa. Muhaimin Iskandar memperoleh gelar sarjana politik dari Universitas Gadjah Mada dan Magister komunikasi dari Universitas Indonesia. (wikipedia.org)
Pertama. Partai Kebangkitan Bangsa memiliki 47 kursi DPR RI dari 11.298.957 (9,04%) suara. Perolehan ini menempatkan PKB berada diposisi 6 besar skala nasional. Andai saja Pakde Jokowi berpasangan dengan Cak Imin sehingga Partai pendukung yang lainnya menarik dukungan. Maka dengan modal suara PDI Perjuangan bersama PKB sudah dapat dipastikan akan melenggang maju dengan mulus menjadi pasangan Capres dan Cawapres, karena PDI Perjuangan memiliki 109 kursi DPR RI dari 23.681.471 (18,95%) suara. Bila memakai persyaratan Presidential Treshold 20 Persen kursi Parlemen pasti akan memenuhi syarat apalagi dihitung berdasarkan suara pemilih secara nasional kedua Partai ini sudah mengantongi 27,99 Persen, padahal kita sudah mengetahui bersama yang dibutuhkan hanya 25 Persen.
Kedua, Pada 1 September 2014, Cak Imin secara aklamasi terpilih kembali sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa karena dianggap berhasil menaikkan suara pemilu 2014 menjadi 9,04 persen. Maka dengan prestasi dapat menaikkan jumlah perolehan suara PKB pada saat Pemilu sebelumnya membuktikan bahwa Cak imin memiliki basis suara yang sangat besar diakar rumput, karena didalam kontestasi politik besarnya basis suara pendukung merupakan nilai tawar yang sangat tinggi.
Ketiga, Memiliki pengalaman di bidang Pemerintahan antara lain, Cak Imin adalah Tokoh agama sekaligus politikus Indonesia yang pernah sebagai menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009–2014. Pengalaman tersebut sungguh sangat berharga menjadi bekal ketika kelak menjadi pendamping Pakde Jokowi di Periode keduanya. Permasalahan – permasalahan terkait tenaga kerja yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan kemungkinan akan semakin gampang karena #CawapresJokowimemiliki pengalaman tersebut.
Keempat, Cak Imin merupakan panutan politik bagi kader PKB dan sebagian besar warga NU. Tak haya warga PKB dan NU yang mengakui ketokohannya. Pihak luar pun memiliki pandangan yang sama. Cak Imin adalah sosok politikus yang mempunyai karakter, toleran, dan santun. Cak Imin juga bisa berkoalisi dengan siapa saja asal sesuai dengan garis partai PKB dan kemaslahatan umat. NU merupakan Ormas agama terbesar saat ini di Indonesia, maka bila Pakde Jokowi meminang Cak Imin kemungkinan besar suara NU akan klop memilih Pasangan ini.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan pihaknya akan mendukung Presiden Joko Widodo jika memilih Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai calon wakil presiden pada pemilihan presiden atau pilpres 2019. "Kalau Pak Jokowi ngelamar Cak Imin, baru saya dukung. Kalau belum ngelamar, masak saya dukung," ucap Said di Semarang, Ahad, 3 Juni 2018. (Tempo)
Kelima Cak Imin memiliki pengalaman mumpuni di legislatif, Pada pemilu 1999, Muhaimin terpilih sebagai anggota DPR RI dari partai PKB. Di lembaga legislatif tersebut pada usia 33 tahun, seperti ditulis di situs DPR, dia menjadi Wakil Ketua DPR RI 1999-2004. Dia termasuk pimpinan termuda di DPR yang pernah ada saat itu. Kariernya terus meroket, pada pemilu 2004, Muhaimin terpilih kembali menjadi anggota DPR dan kembali menjadi Wakil Ketua DPR RI 2004-2009. Pada pemilu berikutnya, Muhaimin sukses untuk ketiga kalinya menjadi anggota DPR dan kali ini dia diminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyo menjadi menteri tenaga kerja dan Transmigrasi 2009-2014. Pada 26 Maret 2018, Muhaimin diangkat menjadi Wakil Ketua MPR RI bersama Ahmad Basarah dan Ahmad Muzani berdasarkan revisi Undang-undang tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD (MD3) Pengalaman Cak Imin ini akan membantu Pakde memperbaiki komunikasi dan hubungan politik Pemerintah dengan Legislatif.
Meskipun Cak Imin memiliki kelebihan yang sangat banyak, tetap saja tiada gading yang tidak retak. Cak Imin juga manusia biasa yang memiliki kelemahan dan kekurangan bila ingin menjadi orang nomor 2 di negeri ini. Meskipun memang kelemahan dan kekurangan tersebut akan tertutupi dengan kelebihan dan prestasi beliau yang sangat mumpuni saat ini. Berikut kelemahan dan kekurangan Cak Imin :
Pertama, Ambisinya menjadi orang nomor dua (2) di negeri ini terkesan negatif dimata beberapa masyarakat. Cak Imin dikenal masyarakat memiliki karakter politik yang santun, tapi kini masyakarakat ada yang menilai bahwa ambisinya tersebut berlebihan. Sampai-sampai Cak Imin bersama PKB belum mendeklarasikan dukungan Capres kepihak manapun. Padahal bila dikaji secara historis dan komunikasi politik PKB sangat intim dengan PDI Perjuangan.
Kedua, Nama Cak Imin pernah terbawa-bawa dalam kasus suap Dana Optimalisasi Ditjen P2KT Kemenakertrans tahun 2014. Tapi sampai saat ini belum ada data yang dapat membuktikan bahwa Cak Imin ikut serta dalam kasus suap tersebut.
Ketiga, Cak Imin merupakan tokoh muda NU yang dinilai beberapa kalangan yang menghianati Gus Dur dalam kisruh PKB. Namun konflik ini sudah dapat dikatakan tidak berpengaruh besar lagi terhadap elektabilitas Cak Imin. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih memendam masalah tersebut sampai saat ini.
Dari berbagai kekuatan dan kelemahan dari Cak Imin diatas, apakah sahabat Seword sepakat dengan penulis bahwa Cak Imin ideal dan layak menjadi #CawapresJokowi untuk mencapai #IndonesiaMaju dan disegani dunia. Berikan komentar sahabat di kolom komentar.
Salam Restorasi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cak Imin Sosok Pendamping Jokowi"

Posting Komentar