Program kerja memang harus dimaksimalkan serta serapan
anggaran juga harus dioptimalkan, Supaya anggaran yang telah dikuncurkan
bermanfaat tidak sia-sia. Kesalahan besar bila penggunaan anggaran tidak tepat
guna bagi masyarakat. Program yang tidak jelas gambaran hasil akhir hanya akan
mengakibatkan kekecewaan bagi masyarakat kedepannya.
Program yang dicanangkan oleh penguasa DKI tidak
dapat kita pungkiri ada yang tidak bermanfaat sama sekali, salah satunya
mengadakan pelatihan bagi masyarakat yang berprofesi tukang becak. Wakil
Gubernur Sandiaga mempublikasi ke rekan-rekan media berita bahwa berkeinginan
akan mengadakan pelatihan khusus untuk pengemudi becak di Ibukota.
Hal
penting yang menjadi prioritas dalam materi pelatihan adalah memberikan
pelayanan yang semaksimal mungkin. Pelatihan akan diberikan kepada becak-becak
yang telah terdaftar dan tercatat di Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Sandiaga
memastikan penataan becak ini hanya yang ada di Ibu Kota. Sandiaga janji tidak
akan menghadirkan becak-becak dari luar Jakarta.
"Ya mungkin salah satunya adalah standar pelayanan, olahraga,
bagaimana cara genjot(becak) yang bagus,"
katanya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Jumat (26/1)."Yang
ada di sini (Jakarta) yang kita tata, (Becak) dari luar enggak, kita berikan
pelatihan kita pastikan mereka sesuai dengan aturan," ujar Sandiaga.
Rakyat dapat dipastikan tidak akan sepakat dengan
program yang menghantarkan kemunduran bagi Ibukota. Ditengah zaman sudah
canggih malah penguasa DKI mengembalikan masa-masa kelam. Seharusnya rakyat digugu dan diajari membuka cakrawala
berpikir agar mendapatkan solusi terbaik dalam menyelesaikan kesulitan ekonomi
di zaman milenial saat ini.
Penulis menilai program menghidupkan kembali becak
di Ibukota hanya berorientasi membangun citra seakan-seakan penguasa DKI
berpihak kepada masyarakat akar rumput. Padahal program ini merupakan sebuah
pengulangan sejarah masa-masa kesemrawutan Ibukota. Seharusnya sebagai pemimpin
yang bijaksana memberikan solusi cerdas, misalnya memberikan pekerjaan yang
lebih manusiawi sehingga penghasilannya dapat memenuhi keperluan hidup.
Bila memang penguasa DKI yang merupakan lulusan mamarika
belum tahu solusi dalam memberikan pekerjaan layak bagi rakyatnya. Penulis
memberikan masukan bahwa ada baiknya menyiapkan regulasi untuk menambah jumlah Petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum
(P3SU) atau yang sering disebut pasukan
oranye. Sungguh tidak elegan bila program kerja yang direalisasikan dalam
kurun waktu selama 100 hari ini bernuansa Gimmickatau
tipu-tipu saja.
Program
yang seakan-akan brilian bagi bani micin ini akhirnya menuai kabar tidak
menyenangkan dan mengiris-iris hati. Para penarik becak yang beroperasi di
kawasan Bandengan, Pekojan, Jakarta Utara menanggapi ucapan Wakil Gubernur DKI
Sandiaga Uno terkait 'pelatihan
genjot becak'. Mereka mengaku tidak mengetahui apa yang disampaikan
Sandiaga.
Masyarakat yang berprofesi sebagai tukang becak
mengakui program pelatihan 'cara genjot
becak' tidak berguna sama sekali. Mereka sejak awal berprofesi tukang
becak mengemudikan becaknya hanya perlu digowes saja, tidak perlu ada pelatihan
apapun. Mereka mengakui tanpa pelatihan tidak pernah sama sekali pelanggan
merasa kecewa.
"Gowes ya gowes aja, nggak ada
pelatihan, dari dulu ya kayak gitu, alhamdulillah penumpang juga nggak ada yang
kecewa ya," ujar Suntama, saat ditemui Tribunnews, Sabtu (27/1/2018).
"Nggak pernah latihan saya, ya gowes aja kayak biasa, gowes, ngerem, gitu
aja, kalau ada tanjakan dan lagi bawa penumpang ya saya turun dulu buat
dorong," kata Ali.
Sejak becak
diciptakan ke dunia ini, cara kerja mengemudikan becak tetap sama saja. Habis
digowes ya direm. Gowes dalam bahasa sandiaga itu digenjot, mengundang tanda
tanya ya sahabat Seword. Kata
genjot bermakna ambigu dan tidak spesifik, sehingga tukang becak mengakui tidak
mengerti kemana arah pelatihan yang akan diadakan oleh Pemprov.
Seharusnya
penguasa yang cerdas mencanangkan dan menjalankan program kerja yang matang
sehingga bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat, bukan ajang buang-buang
anggaran saja. Bila pelatihan tukang becak direalisasikan, Apakah Pemprov DKI sudah menyusun regulasi
kriteria bagi mentor-mentor yang layak dan profesional memberi pelatihan ?
Semoga saja
program pelatihan ini bukan memberikan job untuk Tim Pemenangan yang memang
dalam kondisi menganggur. Kalau mentornya punya pengalaman jadi tukang becak
sih tidak masalah, karena mereka sudah memenuhi kriteria. Nanti katanya
pelatihan, padahal isi programnya cuma cuap-cuap saja.
Begitulah Kira-Kira
0 Response to "Gubrak, Sandiaga Ingin Pelatihan Cara Genjot, Tukang Becak : Tidak Perlu Pelatihan"
Posting Komentar