"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Fadli Zon Ikut Berikan Kartu Kuning, Bapak Nyinyir "Curi Panggung"


Kejadian yang dilakukan oleh Ketua BEM Universitas Indonesia sontak mengagetkan seluruh penjuru Indonesia. Zaadit Taqwa yang kebetulan seorang Ketua BEM dengan tanpa etika mengacungkan buku berwarna kuning kehadapan Presiden Jokowi yang menghadiri undangan acara Dies Natalis Universitas Indonesia ke-68 pada Jumat, 2 Februari 2018. Peristiwa tersebut terjadi setelah Jokowi memberikan sambutan dan meresmikan Forum Kebangsaan Universitas Indonesia.
Buku kuning seakan menjadi simbolisasi kartu kuning yang sering diberikan wasit pada saat pertandingan sepak bola untuk memberi peringatan kepada pemain yang melakukan kesalahan. Secara pribadi penulis yang juga pernah aktif pengurus BEM saat kuliah di salah satu Universitas Negeri di Medan menganggap apa yang dilakukan oleh Zaadit merupakan kelakuan yang kurang etis dan tidak terpuji.
Pada saat acara formal dikampusnya dipenuhi oleh undangan-undangan dari tokoh-tokoh tersohor dan alumni, Zaadit melakukan tindakan yang mencoreng nama UI yang sangat dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Dahulu penulis sangat berkeinginan agar berkuliah di salah satu kampus terbaik di Indonesia tersebut, apa daya garis tangan mengarahkan ke kampus yang lain.
Paska kejadian yang tidak beretika oleh orang nomor satu dikalangan mahasiswa UI ini, penulis jadi beranggapan berbeda menilai kampus tersebut. Penyesalan yang dulu ada seakan hilang lenyap begitu saja melihat kelakuan yang menjadi viral di seantero Indonesia mungkin juga dunia Internasional. Realita ini membuktikan bahwa tidak semua mahasiswa di kampus elit tersebut memiliki etika dan budi pekerti yang baik.
Peluang baik dari Pengurus BEM UI untuk bertatap mata langsung dengan Presiden Joko Widodo, akhirnya hangus begitu saja karena tindakan konyol yang dilakukan oleh sang Ketua. Zaadit yang merupakan mahasiswa Jurusan Fisika ini disinyalir simpatisan dari PKS yang notabene Partai oposisi di kancah politik nasional. Apapun yang dikerjakan oleh Presiden selalu saja dianggap tidak bermanfaat menurut PKS. Seharusnya sebagai Partai oposisi yang memperjuangkan aspirasi rakyat tetaplah berintegritas, katakan salah bila itu salah dan katakan benar bila itu benar.
Kejadian tersebut bak angin segar bagi Partai oposisi yang satu lagi yakni Partai Gerindra. Mereka beberapa hari sebelum kejadian konyol ini sempat kebakaran jenggot ketika Presiden Jokowi menjadi Imam shalat zhuhur pada saat melakukan lawatan kenegaraan di Afganistan. Keberanian Presiden Jokowi berkunjung ke negara yang masih marak akan kejadian terorisme itu diapresiasi seluruh rakyat Indonesia, sampai-sampai Hidayat Nur Wahid salah satu pentolan PKS bergembira serta memberikan apresiasi.
Kejadian yang dilakukan oleh Zaadit dimanfaatkan pentolan Partai Gerindra dengan gesit. Ibarat kata, Zaadit yang menanam tapi Gerindra yang menuai. Sang Wakil Ketua Umum Fadli Zon tidak sia-siakan peluang "curi panggung", ketika acara musyawarah nasional Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI) di Hotel Royal, Kuningan, Sabtu, 3 Februari 2018.
Fadli beralasan dia melihat banyak hal yang belum dapat diatasi dari pemerintah Presiden Jokowi. Menurut Fadli, saat kampanye pemilihan presiden 2014, Jokowi menyampaikan 100 janjinya yang akan diselesaikan dalam waktu lima tahun. Namun, Fadli menilai, janji-janji tersebut masih sedikit yang terealisasi. Karena itu, Fadli menganggap Jokowi lebih baik memimpin satu periode saja. Fadli mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk menjadi presiden pada pilpres 2019. Dia mengklaim Prabowo dapat mengubah Indonesia ke haluan yang baru.
Wakil Ketua DPR RI yang terkenal sering nyinyir ini menyampaikan pernyataan yang sama saja seperti sebelumnya bahwa Presiden Jokowi cukup satu periode saja. Sungguh sangat ironis sahabat Seword, sangat cepat gerakan numpang tenar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang terkenal membenci Pemerintahan Jokowi yang telah mati-matian bekerja membangun negeri ini.
Masyarakat sudah paham bahwa gerakan yang dilakukan oleh ketua BEM UI tersebut sarat akan tumpangan kepentingan politik, buktinya saja Partai oposisi langsung mencuri kesempatan. Respon pihak oposisi tersebut semakin menjadi bukti otentik bahwa tindakan dari Ketua BEM UI ini tidak murni memperjuangkan rakyat, tetapi sebuah titipan dari para pemain dibelakang layar salah satunya bernama Salim Hutajulu yang merupakan alumni UI dan caleg gagal dari Partai Gerindra. Sungguh skenario yang salah dan para pelakonnya pun tolol bin goblok.
Kejadian ini mereka anggap akan menurunkan elektabilitas Presiden Jokowi, sungguh kesimpulan yang sangat keliru. masyarakat tidak akan terperdaya dengan kelakuan anak kemarin sore yang baru kenal dunia pergerakan mahasiswa. Bila memang tulus memperjuangkan suara rakyat, sekelas ketua BEM UI dapat dipastikan bisa membuat kegiatan pengabdian masyarakat ke Kabupaten Asmat untuk melakukan tindakan yang lebih positip, jangan hanya cuap-cuap di Ibukota yang tengah kembali kemasa suramnya.
Begitu Kira-Kira

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fadli Zon Ikut Berikan Kartu Kuning, Bapak Nyinyir "Curi Panggung""

Posting Komentar