"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Debat Pilkada Sumut, Cagub Tidak Paham “Stunting”, Solusinya Mobil Jenazah


Pilkada serentak tidak terasa akan berlangsung dalam waktu dekat ini. Para petarung yang menginginkan tampuk kekuasaan telah meningkatkan daya gempurnya agar memenangkan pertarungan merebut suara rakyat. Janji-janji program kerja pun menjadi senjata andalan agar masyarakat meneguhkan hati untuk memilih para Pasangan Calon (Paslon) pemimpin.
Salah satu yang paling menarik dari sekian banyak daerah yang mengikuti Pilkada serentak tahun ini adalah Pilkada Provinsi Sumatera Utara yang mempertemukan dua Paslon yang dikomandoi oleh tokoh-tokoh kelas nasional. Sebut saja Cagub nomor urut satu (1) Edy Rahmayadi (ER) yang merupakan mantan Pangkostrad dan Ketua Umum PSSI.
Sedangkan Cagub nomor urut dua (2) Djarot Saiful Hidayat (DSH) merupakan mantan Gubernur DKI. Jakarta pasca Ahok harus mendekam di jeruji besi. Tidak hanya itu saja, DSH merupakan mantan anggota DPR RI, Walikota Blitar 2 periode, Anggota DPRD Jatim. Pada tahun 2008 DSH termasuk salah satu pemimpin daerah terbaik di Indonesia versi majalah Tempo bersama dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang kala itu Walikota Solo.
Fenomena memalukan terjadi malam ini (12/05/2018) dalam acara Debat Kandidat Pilkada Sumut Jilid dua (2). Hal yang paling mengglitik adalah dimana Cagub nomor urut satu (1) tidak memahami apa yang dimaksud dengan masalah “Stunting”. Padahal kita sudah sama-sama mengetahui bahwa Pemerintah Pusat tengah serius dalam menyelesaikan masalah kesehatan tersebut.
Sampai-sampai Wakil Presiden JK sangat semangat mengkampanye “Cegah Stunting”, kampanye pencegahan tersebut juga disampaikan dalam iklan layanan masyarakat di televisi skala nasional. Selayaknya seorang calon pemimpin yang ingin memperbaiki Sumut sudah paham tentang istilah dan masalah kronis yang mendera Provinsi ini. Selain masalah korupsi yang sudah dalam tahapan ekstrim sampai dua kali berturut-turut menghantarkan mantan Gubernurnya menghuni jeruji besi, Sumut juga memiliki masalah kronis terutama dibidang kesehatan.
Pengakuan ketidakpahaman Cagub nomor urut satu berawal ketika DSH (Cagub nomor urut dua) mempertanyakan permasalahan kesehatan masyarakat di Sumut. Pada segmen debat di sesi ke empat, cagub nomor urut dua, DSH memberikan pertanyaan kepada cagub nomor urut satu ER. Pertanyaannya terkait bagaimana mengatasi persoalan angka “Stunting” anak di Sumut yang masih terbilang cukup tinggi. Namun, ER secara spontan mengaku tak mengerti apa yang dimaksud dengan “Stunting”. Sehingga ER meminta DSH untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai persoalan “Stunting” anak di Sumut.
Setelah ER mengungkapkan dengan jujur tentang ketidakpahamannya terkait “Stunting”, maka DSH pun menjelaskan dengan rinci bahwa “Stunting” itu adalah masalah gagal tumbuh kembang anak yang menyebabkan anak cebol, tingkat kecerdasan rendah. Pada saat golden age 100 hari tidak mendapat asuhan yang baik bagi si bayi.
Setelah mendapatkan penjelasan dengan rinci terkait arti “Stunting”. Dengan percaya diri tinggi ER memberikan tanggapan terkait pertanyaan tersebut. Menurut ER, solusi dari persoalan “Stunting” anak di Sumut melalui perawatan anak secara siaga. Tidak hanya itu, ER juga siap menyediakan dana guna mengalokasikan anggaran untuk pembelian Ambulans dan mobil jenazah hingga tingkat kecamatan.
Berikut petikan berita yang penulis lansir dari media Kumparan :
"Saya belum tahu “Stunting”, kalau saya jawab, kenapa harus pakai yang sulit baru saya jawab. Saya tidak menjawab karena saya tak mengerti apa itu “Stunting”," ucap Edy saat debat, di Hotel Adi Mulya, Sumut, Sabtu (12/5). "Ini persoalan gagal tumbuh kembang anak yang menyebabkan anak cebol, otaknya rendah. Pada saat golden age 100 hari tidak mendapat asuhan yang baik bagi si bayi," pungkas Djarot. "Kalau dibilang gitu, saya kan tahu (“Stunting”). Kalau itu saya buat rencana di perawat siaga, ambulan siaga, dana siaga, mobil jenazah siaga bahkan sampai ke tingkat kecamatan untuk mengatasi “Stunting”. Bahwa yang Bapak duduki, supaya ketika saya duduk sendiri saya tak lupa apa itu “Stunting”," tutup mantan Pangkostrad itu.
Pernyataan solusi dari ER menurut penulis tidak nyambung dan sangat memalukan adalah menyelesaikan masalah “Stunting” dengan menyediakan mobil Jenazah. Bila dikaji dari etika debat maka tanggapan dari ER merupakan sebuah kesalahan fatal. Dimana pertanyaannya bagaimana menyelesaikan masalah “Stunting”, masa iya solusinya dengan mobil Jenazah.
Secara logika sederhana kita, maka saudara-saudara yang merasakan permasalahan “Stunting” diberikan solusi dengan mobil jenazah itu merupakan sebuah penghinaan (Sahabat pembaca sudah pahamlah siapa yang berhak menggunakan mobil tersebut). Itu hanya logika sederhana penulis menilai jawaban dari Cagub yang selalu menyuarakan kata-kata beriman.
Maka berdasarkan hasil debat kandidat malam ini dapat penulis simpulkan bahwa kedua Paslon ini memang beda kelas. DSH bersama pasangannya yang disingkat DJOSS tampak lebih dominan dan menguasai panggung debat. DJOSS membuktikan kualitasnya, sehingga layak untuk memimpin Sumut kedepannya.
Bila masyarakat yang memiliki hak untuk memilih dalam Pilkada Sumut mendatang objektif dan cerdas dalam menentukan pilihan. Maka dapat dipastikan bahwa DJOSS yang akan memimpin Provinsi Sumut lima (5) tahun mendatang. Selain dari pernyataan blunder paslon nomor urut satu (1), DJOSS juga memiliki program-program kerja yang matang dan terukur mengatasi masalah-masalah yang dirasakan rakyat Sumut. Tentukan pilihanmu saudaraku dengan bijaksana demi Semua Urusan Mudah dan Transparan.
#DJOSSPilihanKu
#SalamDuaJari

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Debat Pilkada Sumut, Cagub Tidak Paham “Stunting”, Solusinya Mobil Jenazah"

Posting Komentar