Salah satu panglima perang terbaik yang dimiliki Ormas eFPeI yakni Novel Bamukmin (NB) yang katanya telah dipecat beberapa waktu lalu ikut mengomentari tentang Pilkada Sumut. Masyarakat umum yang terbuka cakrawala berpikirnya sangat mengenal Ormas ini identik dengan sifat arogansi, mengandalkan otot, dan suka menghujat dengan menyebut yang tidak sepaham dengan mereka itu Kafir. Ormas ini sangat dikenal sering melakukan tindakan-tindakan kekerasan dan boicrot eh salah boikot.
Ormas ini sangat berpengaruh ketika musim demo Ahok beberapa bulan lalu. Mereka menjadi salah satu kelompok pendorong terjadinya demo berjilid-jilid yang identik dengan angka Wiro Sableng. Demo berjilid-jilid ini yang secara kasat mata memberikan tekanan kepihak hukum agar menjatuhkan vonis terhadap Ahok sang mantan Gubernur.
Panglima perang ini mencoba merecoki kondisi perpolitikan di Provinsi Sumut yang sangat heterogen dan menjunjung tinggi toleransi. Terbukti bahwa salah satu Kotamadya dari Provinsi ini menjadi salah satu daerah paling toleran di Indonesia. NB bukan memberikan saran agar memilih pemimpin berdasarkan tolak ukur rekam jejak. Ini malah mengumbar isu hoax bahwa Djarot merusak persatuan yang memecah belah anak bangsa.
NB menanggapi, sikap PPP Sumatera Utara menolak pencalonan Djarot sebagai gubernur sudah tepat. Menurut dia, Djarot memang tak pantas jadi Kepala Daerah. NB juga yakin masyarakat Sumut pasti tersinggung dengan munculnya Djarot sebagai salah satu bakal calon. Karena pencalonannya terkesan dipaksakan. Seharusnya partai bisa melihat putra asli daerah, karena masih banyak yang berpotensi ketimbang Djarot.
“Iya memang wajib ditolak Djarot itu karena memang perusak persatuan yang memecah belah anak bangsa,” kata dia kepada JPNN, Rabu (17/1). “Kan mereka kalah telak di Pilkada DKI Jakarta, padahal petahana,” imbuh dia.“Kami melihat SDM (sumber daya manusia) putra daerah di Sumut itu luar biasa banyak yang sangat berpotensi dan lebih paham tentang sikon daerahnya,” tandas dia. Sumber : www.jpnn.com
Pernyataan NB tentang penolakan PPP Sumut tersebut tidak sesuai dengan alasan awal yang telah disampaikan. Pernyataannya NB ini secara tidak langsung seperti memanas-manasi dan semakin mempolitisir penolakan dari DPW PPP Sumut yang diperintahkan oleh DPP PPP untuk memenangkan Djarot dan Sihar.
Alasan penolakan PPP Sumut sebenarnya karena Wakil dari Djarot yakni Sihar Sitorus beragama non muslim. Alasan penolakan berdasarkan agama inilah yang berseliweran di berbagai media berita Online. Berikut petikan berita yang penulis lansir dari media cnnIndonesia :
PPP berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk mengusung pasangan tersebut di Pilgub Sumut. Ketua DPW PPP Sumut Yulizar Parlagutan Lubis mengatakan, PPP tidak mempermasalahkan siapapun yang akan diusung menjadi cagub/cawagub Sumut selama beragama Islam.“Kami bertahan bahwa calon kepada daerah Sumatera Utara yang diusung PPP adalah muslim-muslim. Siapapun calonnya, siapapun orangnya kami tidak perduli yang penting muslim-muslim,” kata Yulizar di Medan, Sumut, Rabu (10/11).
Penulis sangat bersepakat bila Pengurus dan kader menjunjung tinggi ideologi Partainya, malah komitmen ini harus semakin dipupuk agar semakin bertumbuh kembang. Tetapi komitmen menjunjung tinggi ideologi harus konsisten dijalankan, jangan seperti air didaun talas. Kadang kala teriak junjung tinggi ideologi dan terkadang melanggar ideologi.
Buktinya bahwa DPW PPP Sumut tidak konsisten memegang teguh ideologi, misalnya ketika Pilkada Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumut setahun yang lalu, PPP Sumut tidak menolak untuk mendukung pasangan calon Pemimpin Daerah yang tidak sesuai dengan ideologi Partainya. Pasangan calon Pemimpin Daerah yang akhirnya memenangkan kompetisi tersebut bernama Bakhtiar Ahmad Sibarani beragama Muslim dan Darwin Sitompul beragama Kristen, singkatan pemimpin ini Badar.
Pasangan muda tersebut tidak hanya didukung PPP malah PKS ikut juga memberikan dukungan terhadap pasangan pemimpin daerah Tapanuli Tengah ini. Badar didukung oleh koalisi 5 Partai yakni Partai Hanura, PKS, PPP, PBB dan PKPI. Realita inilah yang menjadi salah satu bukti konkrit bahwa adanya indikasi inkonsistensi dalam menjunjung tinggi Ideologi oleh pengurus DPW Sumut. Sumber Referensi : rri.co.id/sibolga/
Semakin meningginya iklim politik di Sumut secara tidak langsung dipengaruhi oleh berseliwerannya isu-isu yang tidak produktif dan elegan, maaf bila penulis agak kasar bila sampaikan isu-isu terkait politisasi agama dan politisasi putra daerah merupakan proses politik yang tidak baik. marilah berkompetisi dengan sehat, publikasikan program kerja dan rekam jejak.
Penulis menyarankan bagi sahabat Pembaca di Sumut, mulai saat ini harus waspada dan jangan hanya berdiam diri saja, karena Ormas yang menjunjung tinggi sang buronan kasus lendir ini telah memberikan kode kemungkinan mereka akan turun di Pilkada Sumut. Bukan rahasia lagi mereka telah berkontribusi besar memperkeruh kondusifitas perpolitikan Bangsa ini.
Waspadalah, Waspadalah, Waspadalah !
0 Response to "PPP Sumut Tolak Sihar Karena Agama, Novel Bamukmin : Djarot Wajib Ditolak"
Posting Komentar