Pilkada Sumatera
Utara (Sumut) semakin menarik dan mengundang banyak tanya, pasca PDI-Perjuangan
mengumumkan mengusung mantan Gubernur DKI. Jakarta Djarot Saiful Hidayat (DSH) menjadi
bakal calon Gubernur Sumatera Utara. Menurut pengamatan penulis, optimisme
kemenangan masih sangat besar pasca pengumuman tersebut.
Optimisme
masyarakat menuju perubahan semakin tinggi, masyarakat seakan diberi komando
semangat meninggalkan keapatisannya melihat kondisi kepemimpinan di Provinsi
ini. Dimana Provinsi ini telah terbukti menyumbangkan 2 Gubernur secara
berturut-turut untuk mengendap di hotel Prodeo karena kasus perampokan uang dan
penghisapan darah rakyat. Kebetulan 2 Gubernur sebelumnya sama-sama didukung
PKS.
Penulis sudah
menulis artikel tersebut sebelumnya, bila sahabat Seword ingin membaca silahkan
klik link berikut ini Disini
Dinamika politik di
Sumut seakan tidak terkontrol sampai detik ini, karena sang petahana baik
Gubernur Tengku Erry Nuradi (TEN) dan Wakil Gubernur Nurhajizah Marpaung (NM) seakan
tidak menarik untuk didukung oleh Partai Politik yang memiliki kursi DPRD di
tingkat I Sumut. Terbukti, perkembangan sampai hari ini dukungan terhadap
petahana semakin tertelan bumi.
TEN,
yang awalnya mengantongi dukungan dari Partai Golkar (17 kursi DPRD), NasDem (5
kursi DPRD), PKB (3 kursi DPRD), dan PKPI (3 kursi DPRD). Perlahan ditinggalkan
pengusungnya sehingga membuat Gubernur petahana sementara ini tak bisa
bertarung menjadi gubernur periode mendatang. Golkar
dan NasDem menyatakan diri mengalihkan dukungan kepada Letjen Edy Rahmayadi
(ERA). PKB dan PKPI juga santer terdengar kabar mengalihkan dukungannya dari TEN
kepada JR. Saragih (JRS) Bupati Simalungun 2 Periode merangkap Ketua Demokrat
Sumut.
Malah sang Jenderal
sekalian Ketua Umum PSSI semakin melenggang tinggi, dimana sampai detik ini
dukungan terhadapnya sudah mencapai setengah dari total kursi DPRD. ERA bisa dibilang kini menjadi bakal cagub dengan
perahu “tempur” yang cukup kuat. Sebelum Golkar (17 kursi) dan NasDem (5
kursi), ERA telah mendapatkan dukungan dari Gerindra (13), PKS (9), dan PAN
(6). Total 50 kursi DPRD didapatkan ERA dari syarat 20 kursi.
Sementara
itu, DSH yang baru diusung PDI-P berpasangan dengan Sihar Sitorus (SS) masih
mentok di angka 16 kursi DPRD. DSH memang belum mendapatkan tiket penuh ikut
bertarung dalam Pilgub Sumut, tetapi PDI-P sedang mengusahakannya dengan keras. Masih ada
beberapa partai yang belum menyatakan diri secara resmi mengusung calon di
Pilgub Sumut 2018. Mereka adalah Partai Demokrat (14 kursi), Hanura (10 kursi),
dan PPP (4 kursi).
Penulis
melihat perkembangan politik Pilkada Sumut menarik untuk diikuti, apakah partai
tersisa ini akan ikut mendukung salah satu calon atau mengajukan nama
alternatif. Tetapi berdasarkan informasi
terkini bahwa Demokrat telah memutuskan untuk mendukung kadernya sendiri yakni
JRS untuk melenggang ikut bertempur dalam kontestasi politik Pilkada Sumut
tahun ini.
Bila kabar ini valid dan tidak ada lagi perubahan yang signifikan,
maka JRS telah didukung Demokrat (14 kursi), PKB (3 kursi), dan PKPI (3 kursi)
total 20 kursi. Jadi syarat minimal kursi dukungan Partai yang diberikan oleh
KPU telah terpenuhi. Maka jelas tersisa hanya Hanura (10 kursi) dan PPP (4
kursi).
Berdasarkan perkembangan tersebut, PDI-P
harus ngotot untuk merebut dukungan dari Partai yang belum menyampaikan
dukungan, bila memang serius ingin mencalonkan DSH - SS. Berdasarkan dinamika
politik yang berkembang, penulis memprediksi PPP yang memiliki 4 kursi akan
mendukung PDI Perjuangan. Bila itu terjadi, maka Djarot memenuhi syarat
dukungan minimal 20 kursi.
Terkait dukungan Hanura, penulis masih
galau untuk memprediksi mana yang akan didukungnya. Tetapi menurut pengamatan
penulis, Hanura tipis kemungkinannya dukung JRS yang diwacanakan gandeng dengan
Ance Selian (AS) Ketua PKB Sumut. DSH dan ERA yang akan memperebutkan dukungan
dari Hanura yang memiliki 10 kursi DPRD. Berdasarkan jumlah kursi yang cukup
banyak tersebut, maka Partai ini tidak dapat dipandang sebelah mata.
Bila finalnya nanti timbul 3 pasangan
calon yakni Djarot Saiful Hidayat –Sihar Sitorus (DSH–SS), JR. Saragih-Ance
Selian (JRS-AS), Edi Rahmayadi- Musa Rajeckshah (ERA–MAS)
yang akan memperebutkan suara rakyat Sumut. Maka penulis memprediksi pasangan
yang kemungkinan paling kuat untuk memenangkan pertarungan kursi penguasa Sumut
adalah ERAMAS. Diikuti oleh DSH-SS dan diposisi juru kunci adalah JRS-AS.
Alasannya utama penulis adalah berdasarkan
sejarah penyelenggaraan Pilkada Sumut sebelumnya, dimana ketika 2 tokoh suku Batak
beragama Kristen saling bertarung dalam kontestasi politik Pilkada Sumut maka keduanya
menelan kekalahan. Penulis bukan menyebarkan isu politik identitas berbau SARA tetapi
catatan sejarah tidak dapat dikesampingkan dalam menganalisa perkembangan
dinamika politik. Ingat pesan bapak Proklamator Republik Indonesia JAS MERAS
“Jangan Sesekali Melupakan Sejarah”.
Sekali lagi penulis menegaskan ini hanya
sebuah analisa dan prediksi, bukan merupakan keputusan akhir. Kita tunggu saja
perkembangan kedepannya, siapakah yang dipercaya oleh mayoritas rakyat Sumut.
Tetapi yang perlu digarisbawahi Pilkada Sumut mendatang adalah pembuktian bahwa
catatan sejarah yang penulis sampaikan diatas masih relevan atau tidak dizaman
milenial saat ini.
Salam JAS MERAH