Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak yang akan
diadakan tahun 2018 memang cukup menyita fokus masyarakat. Tidak dapat kita
pungkiri bahwa masyarakat telah menaruh perhatian yang lebih terkait kondisi
perpolitikan kebangsaan saat ini. Menurut hemat penulis, alasan yang paling
mempengaruhi tentang kondisi tersebut karena tingginya tekanan terhadap
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Tekanan yang dihadapkan terhadap Presiden Jokowi
memang jelas sangat kuat karena dipolitisasi oleh kelompok sebelah yang memang
sangat berambisi mendudukkan komandan
pecatan merebut kursi kekuasaan. Penulis tidak perlu sebut siapa junjungan
kelompok sebelah tersebut karena semua orang sudah tahu, siapa yang penulis
maksudkan.
Oleh karena itu, masyarakat yang saat ini sudah
melek politik tidak mau berdiam diri lagi. Masyarakat seakan-akan diberikan
komando padahal tidak sama sekali, masyarakat secara spontan untuk memberikan
dukungan dan membela Presiden Jokowi yang sudah terbukti bekerja dan
membuktikan sedikit demi sedikit janji kampanyenya membangun Negeri ini.
Tetapi sampai saat ini masih saja ada daerah yang memiliki
tingginya persentase masyarakat yang salah kaprah karena terhadap Presiden
Jokowi. Penyebab permasalahan ini jelas karena diprovokasi ataupun bahasa
sederhananya dikomporin oleh kelompok pemburu kekuasaan. Maka percaturan
politik Pilkada serentak tahun depan bukan hanya perebutan kursi kekuasaan
Kepala Daerah tetapi pertarungan masyarakat toleran pencinta keberagaman
melawan kelompok perusuh.
Tidak dapat dipungkiri daerah yang dikuasai oleh
Partai yang itu tuh, selalu tinggi tingkat intolerasi dan konflik SARA yang
terjadi dikalangan akar rumput. Solusi untuk meretas ini adalah masyarakat yang
memang sudah terpengaruh agar segera disadarkan akan pengaruh negatif yang
ditularkan oleh laskar-laskar nasbung yang memang telah dibentuk dan dilatih
memberikan provokasi.
Kita sudah mengetahui bersama secara langsung dari
pemilik kepentingan bahwa strategi politik yang dilakukan pada Pilkada DKI.
Jakarta akan dibawa ke daerah-daerah yang memang sangat seksi untuk diraih
untuk memenangkan sang Komandan merebut
kekuasaan. Apakah tolak ukur daerah tersebut dikatakan seksi, menurut penulis
yang utama adalah memiliki banyak jumlah pemilih sah.
Berdasarkan tolak ukur tersebut para sahabat pembaca
sudah dapat menganalisa daerah mana saja yang akan banyak dihantam oleh isu
SARA. Secara sederhana melihat kondisi Pilkada DKI. Jakarta sebelumnya maka
daerah-daerah yang seksi tersebut akan banyak disuguhi 3 isu antara lain : PKI,
PRIBUMI, MAYAT dan AYAT.
Keempat isu inilah yang akan sangat kental terasa
dan banyak ditebarkan oleh laskar-laskar
Nasbung dikalangan masyarakat umum. Kita akan temui banyaknya nanti
betebaran spanduk, stiker, ataupun paling menyedihkannya akan ada penceramah
yang harusnya mengajarkan kebaikan malah mau dipolitisasi. Tujuan utamanya
dalam membangun akhlak dan moral masyarakat malah diputar balikkan untuk
mobilisasi kepentingan politik semata.
Selayaknya kita tidak lagi bersembunyi didalam
kelompok Silent Majority. Jangan hanya diam, mari bersama- sama bergandengan
tangan menghalau para perusuh yang bersembunyi dalam topeng Identitas mayoritas
semu untuk merusak pondasi kebangsaan yang sudah dibangun kokoh sejak dahulu.
Bila kita tetap merasa adalah penumpang yang tidak mau tahu tentang kondisi di
Negeri ini, maka itu adalah kesalahan yang fatal jangan pernah menyesali bila
kelak akan merasakan kegetiran hidup.
Jadikan DKI. Jakarta sebagai contoh konkrit ketika
masyarakat yang terbuka cakrawala berpikir dan terbuka logika berpikirnya tetap
diam tidak menyadarkan lingkungan maka bencana yang akan datang. Pemenang kursi
kekuasaan terbukti tidak pro rakyat, masyarakat malah disuruh bersyukur bahwa
hujan itu berkah meskipun hujan tersebut menimbulkan banjir.
Maka yang bertugas untuk menyelesaikan permasalahan ini
tidak hanya dipundak pemerintah, Legislatif, ataupun struktural. Tetapi menjadi
tugas kita bersama sebagai rakyat Indonesia yang menghargai keberagaman untuk
mengingatkan lingkungan kita yang telah terindikasi terkena suspek penyakit
intoleran. Jangan diam lantangkan suaramu mengusir pengaruh buruk demi menjaga
NKRI tetap bersatu dan berjaya.
Begitulah kira-kira, Semoga artikel ini bermanfaat
bagi kita bersama untuk merajut kebersamaan dalam keberagaman membangun
kebangsaan.
Merdeka,