Pedas banget
kritikan Ketua DPRD DKI. Jakarta yang bernama Prasetio
Edi Marsudi ketika mulai gerah melihat
Gubernur DKI Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno yang tampaknya
terus-menerus melakukan pencitraan. Karena menunjukkan kinerja yang tidak
produktif dan tidak signifikan dalam menyelesaikan bencana banjir yang sedang
menerpa wilayah kekuasaannya.
Dagelan
yang tidak lucu seakan terus-menerus dipertontonkan kepada masyarakat yang
sedang galau mengalami kondisi kehidupan yang dijalani saat ini. Memang layak
bila seorang yang menduduki posisi tertinggi digedung penyalur aspirasi rakyat
Ibukota untuk memberikan komentar maupun kritikan terhadap penguasa Eksekutif
DKI. Jakarta.
Padahal
sepeninggal Ahok masalah banjir sudah dapat diminimalisir, hanya permasalahan
waktu saja yang sangat mepet diberikan terhadapnya. Bila rakyat memberikan
waktu satu periode lagi, penulis sangat yakin masalah banjir dapat teratasi.
ASUdahlah nanti penulis dihina kelompok sebelah dengan kata-kata Gagal Move
On, Meskipun penulis berbicara fakta bukan asumsi belaka.
Seandainya
saja mayoritas masyarakat DKI. Jakarta yang memiliki hak untuk memilih
pemimpinnya tidak mempercayai propaganda dan provokasi kelompok sebelah yang
memang sangat memburu kekuasaan. Alasannya sangat sederhana saja, disaat Ahok
bersama Djarot yang memimpin DKI. Jakarta semuanya pelaku korupsi tidak dapat
bergerak. Makanya para pejabat yang berjiwa koruptif sangat membenci Ahok kala
itu.
Kebencian
para penjabat yang berniat merampok uang rakyat tidak hanya sampai
menggulingkan dan menggagalkan Ahok terpilih sebagai pemimpin DKI. Jakarta.
Tetapi kebencian yang sudah akut tersebut semakin menjadi-jadi sehingga
menghantarkan Ahok menjadi penghuni hotel Prodeo Mako Brimob.
Para
penghuni Ibukota sebanyak 58% telah menentukan pilihan pada putaran kedua
dengan memilih Anies – Sandi yang secara langsung menghantarkannya menjadi
penguasa. Pilihan yang menurut penulis sangat tidak tepat, bila kita liat
bersama kinerjanya saat ini sangat mengecewakan konstituen yang telah
meninggalkan logika berpikir dalam menentukan pilihan menjadi pemimpinnya 5
(lima) tahun kedepan.
Kehidupan
tidak dapat diputar ulang, apa yang sudah dipilih wajib harus dijalani dengan
ikhlas tanpa harus mengeluh. Tindakan untuk mencabut mandat kekuasaan yang
telah dipegang Anies – Sandi adalah keputusan yang sangat bodoh, karena tidak
akan berdampak apapun terhadap kondisi kepemimpinan DKI. Jakarta saat ini
sampai 5 (lima) tahun kedepannya.
Menurut
penulis kekecewaan yang paling membekas bagi masyarakat adalah tragedi bencana
banjir yang massif terdampak hampir diseluruh wilayah Ibukota beberapa hari
ini. Padahal pihak BMKG telah memberikan pemberitahuan dan peringatan kepada
kedua pasangan pemimpin ini bahwa wilayah kekuasaannya akan terkena dampak
anomali cuaca di akhir tahun dan mungkin sampai awal tahun mendatang.
Seharusnya
dengan pemberitahuan dini tersebut sudah dapat memberikan waktu untuk
menentukan langkah taktis mengantisipasi bencana banjir yang melanda saat ini.
Realitanya Anies masih mengeluh tentang pompa air yang rusak setelah bencana
menghampiri. Sungguh sangat tidak cerdas bukan pernyataan yang keluar dari
bibir manisnya. Jadi informasi dari BMKG sebelumnya dianggap angin lalu dan
tidak dianggap penting oleh mereka.
Pantas
saja seorang Ketua DPRD yang memang telah diberikan tugas oleh masyarakat untuk
menyalurkan aspirasi memberikan kritikan pedas yang menyayat hati manusia yang
masih memiliki hati nurani. Kata-kata pedas tersebut melihat tingkah laku dan
kinerja kedua pemimpin tersebut terkesan hanya sekadar pencitraan belaka.
Alasannya
sangat masuk akal karena melihat tidak ada solusi cerdas yang menunjukkan
progresifitas penyelesaian bencana. Kali ini penulis sangat sepakat dengan
pendapat Ketua DPRD yang merupakan salah satu kader terbaik partai yang
berlambang banteng ini. Sama halnya dengan presiden Joko Widodo yang sampai
detik ini sangat disayang oleh mayoritas masyarakat Indonesia karena menunjukkan
kinerja terbaik membangun bangsa.
Berikut
petikan berita yang dilangsir dari tribunnews.com sebagai sumber referensi :
Jangan sampai Jakarta, sebagai ibu kota, darurat banjir. Stop pencitraan dan tak perlu bicarayang tidak penting. Ayo fokus kerja benahi Jakarta,” kata Pras di Jakarta,Selasa (12/12/2017).Seharusnya, kata Pras, orang nomor satu di ibu kota sigap,dan koordinasi dengan SKPD terkait tidak terputus saat intensitas hujan tinggi.“Job description gubernur dan wagub bukan ada di kantor. Tapi lebih banyak dilapangan supaya terukur kinerja Gubernur dan Wagub DKI. Nanti terlihat apa yangsebenarnya terjadi,” papar Pras.
Padahal kita sudah
ketahui bersama bahwa dana yang dianggarkan dalam APBD untuk menyelasaikan
permasalahan ini sangat besar. Seharusnya dengan dana yang sebesar itu sudah
dapat mengantisipasi bencana banjir yang memang sudah terprediksi dari awal
sebelum bencana ini menghampiri DKI. Jakarta.
Pertanyaan yang
paling mendasar bagi kita sebagai masyarakat umum. kemana dana itu
dialokasikan, sangat disayangkan bila dana besar untuk kemaslahatan rakyat
mengendap begitu saja didalam kas daerah. Bila itu yang terjadi maka kita tidak
salah dong menyimpulkan bahwa pasangan pemimpin ini memang kurang bijak dan
diragukan dapat menyelesaikan permasalahan Ibukota.
Begitulah Kira-Kira