"Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa Share dan Comment ya"
loading...

Persamaan SBY dengan Jokowi : Menikahkan Anak Dengan Suku Batak, Semoga Sama-Sama 2 Periode


Takdir yang telah digariskan oleh sang Pencipta tidak ada satupun manusia dapat menghindari ataupun menolaknya. Seperti yang telah ditakdirkan kepada 2 (dua) tokoh bangsa yang telah mengabdikan diri untuk melayani dan mensejahterakan rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke. Takdir yang tidak dapat diduga tersebut, Dimana Bapak  SBY yang merupakan mantan presiden Republik Indonesia yang telah menjabat selama 2 (dua) memiliki kesamaan takdir dengan Bapak Presiden Jokowi yang sampai tahun 2019 memimpin untuk menjalani periode pertama.
Sahabat pembaca dan rakyat Indonesia pasti belum mengetahui lebih mendalam tentang kebetulan yang sudah ditakdirkan oleh sang Khalik. Pemberian marga didalam budaya suku batak adalah sesuatu yang sangat sakral dan suci. Dimana pemberian marga tidak sekonyong-konyong dapat diberikan bagi siapapun, Ada persyaratan mengikat yang harus dipenuhi agar dapat menjadi bagian dari keluarga besar besar suku batak yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia.
Berikut beberapa tokoh-tokoh bersuku batak yang berkontribusi besar membangun bangsa dan negara Indonesia, Tokoh-tokoh ini telah dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional :
  • Abdul Harris Nasution, pejuang kemerdekaan, Menteri Koordinator Hankam, Ketua MPRS
  • Adam Malik Batubara, pejuang kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia, Ketua MPR
  • Ade Irma Suryani Nasution, pahlawan revolusi korban G30S/PKI
  • I. Panjaitan, pejuang kemerdekaan, Pahlawan Revolusi, militer
  • Ferdinand Lumbantobing, pejuang kemerdekaan, Menteri Indonesia
  • Kiras Bangun, pejuang kemerdekaan, ulama
  • H. Zainul Arifin Pohan, Politisi.
  • B. Simatupang, Militer
Sumber wikipedia.org
Dibawah ini penulis akan memberi penjelasan secara singkat tentang prosedur dan tata cara pemberian marga bagi seseorang yang bukan bersuku batak tetapi menikah dengan keturunan suku batak. Penjelasan sebagai berikut :
Persyaratan utama agar mendapatkan marga dari suku batak adalah bagi laki-laki ataupun perempuan yang bukan bersuku batak menikah dengan keturunan batak. Intinya bila seorang yang bukan bersuku batak menikah dengan keturunan suku batak akan otomatis mendapatkan hak diberi marga oleh tetua adat suku batak.
Biasanya sahabat pembaca, Bila laki-laki tidak bersuku batak menikah dengan perempuan batak akan mengikuti marga dari paman (suami dari bibi kandung pengantin perempuan) dalam bahasa batak disebut dengan panggilan amangboru. Kesimpulannya adalah pengantin laki-laki dan orangtua laki-lakinya (bapak) akan mendapatkan marga dari paman pengantin perempuan, serta orangtua perempuan (ibu) dari pengantin laki-laki akan diberi marga sesuai dengan marga (boru) dari pengantin perempuan. Contohnya AHY dan Bapak SBY diberi marga Siregar dan Ibu Ani diberi marga (boru) Pohan sama dengan menantunya Annisa Pohan. (Sumber Kompas.com)
Bagi perempuan yang menikah dengan laki-laki batak biasanya akan diberi marga (boru) sesuai dengan orangtua perempuan (Ibu) dari pengantin laki-laki. Permintaan persetujuan pemberian marga (boru) itu akan diminta secara adat kepada saudara laki-laki dari ibu pengantin laki-laki dalam bahasa batak disebut dengan panggilan tulang serta diketahui oleh tetua adat. Contohnya Kahiyang Ayu putri semata wayang dari Presiden Joko Widodo akan diberikan marga (Boru) Siregar sesuai dengan ibu dari Bobby Nasution. Marga (boru) yang diberikan kepada Kahiyang Ayu itu secara otomatis menjadi marga dari Bapak Jokowi. (Sumber tribunnews.com)
Seperti itu lah penjelasan singkat tentang mekanisme pemberian marga disuku batak yang terkenal dengan ketegasan, keberanian dan keterbukaannya. Supaya tidak membingungkan sahabat pembaca bahwa sebutan marga itu untuk laki-laki dan sebutan boru untuk perempuan. Sahabat pembaca ada perbedaan panggilan antara laki-laki dan perempuan makanya penulis memberi tanda dalam kurung dalam penjelasan diatas. Contohnya Agus Harimurti Yudhoyono marga Siregar dan Kahiyang Ayu boru Siregar.
Mengapa penulis mengangkat kejadian ini dalam sebuah artikel alasannya bukan nepotisme karena penulis yang ditakdirkan sebagai orang batak. Tetapi tulisan ini mencoba menganalisis sebuah takdir yang diberikan oleh sang Pencipta secara kebetulan sama antara 2 (dua) tokoh bangsa yang merupakan mantan presiden 2 (dua) periode dan masih menjabat serta mudah-mudahan memimpin Indonesia 2 periode juga.
Dengan adanya persamaan takdir tersebut secara tidak langsung merubah sedikit alur komunikasi antara Presiden Jokowi dengan bapak SBY. Sebelumnya menurut penulis dan sahabat pembaca pasti setuju bahwa kedua tokoh bangsa yang dikagumi ini masih tidak intens dan terkesan ragu-ragu untuk menjalin komunikasi. Tetapi dengan adanya perkembangan bahwa anak dari kedua tokoh ini sama-sama menikah dengan keturunan batak. Maka kita lihat langsung terbangunnya komunikasi yang baik antara 2 tokoh bangsa ini berbanding lurus dengan perubahan dipermukaan terkait kondisi perpolitikan di Indonesia. Terlepas kejadian ini berhubungan atau tidak yang paling penting fakta tidak dapat dipungkiri.
Semoga saja komunikasi yang sudah terjalin baik ini tetap terjaga dan terawat supaya pembangunan bangsa ini semakin membaik dan meningkat. Oleh karena kondisi politik telah mulai stabil dan kondusif. Hanya tinggal beberapa oknum-oknum saja yang ingin mengganggu stabilitas dengan membangun isu-isu tidak penting untuk menghantam bapak Presiden Jokowi. Karena jika kondisi perpolitikan stabil maka peluang akan semakin sulit dari Capresnya yang ambisi menguasai Indonesia.
Harapan penulis dan juga seluruh rakyat Indonesia bumi bulat dengan takdir yang secara kebetulan mempertemukan kedua tokoh bangsa ini menjadi bermarga Siregar karena dikebudayaan suku batak bila sesama satu marga meskipun baru saling mengenal akan langsung klop dan akrab. Semoga saja memberikan dampak positip bagi bangsa dan negara. Terbukti bahwa kalimat “Gusti Ora Sare” yang pernah Ahok tuliskan dalam sebuah surat dari dalam penjara semakin tampak nyata dalam kehidupan di Republik Indonesia.
Harapan masih ada kawan, Mari lawan Neo Orba yang haus akan kekuasaan. Sejarah telah mencatat seperti apa kehidupan pada masa Orde Baru. Mari kita bersinergi dan bersama-sama mengupayakan memberi kekalahan kepada kelompok Neo Orba dalam setiap kontestasi politik terutama pemilihan Presiden tahun 2019. Silahkan sahabat pembaca mencari tahu di google siapa saja yang termasuk kelompok Neo Orba.
Merdeka,
Salam dua periode,

Subscribe to receive free email updates: