Musim penghujan dipenghujung tahun ini membuat berbagai daerah tergenang air. Daerah yang paling yang banyak dilanda banjir adalah DKI. Jakarta yang merupakan ibukota Republik Indonesia. Kepemimpinan yang telah dipegang oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menuai banyak kritikan dari masyarakat yang berdomisili dan merasakan langsung dampak banjir tersebut. Masyarakat dari luar Jakarta pun tidak pelak ikut menanggapi dan membandingkan kinerja Anies Sandi dengan masa kepemimpinan Ahok Djarot periode sebelumnya.
Kondisi yang terdampak banjir ini semakin menambah carut marut kehidupan yang sulit di Ibukota tersebut. Masyarakat yang harus memeras keringat untuk mencari sesuap nasi harus terganggu dengan kembalinya wabah banjir yang melanda tempat mereka untuk mengais rezeki. Miris memang melihat kondisi kehidupan masyarakat Ibukota saat ini.
Disaat masyarakat sedang dalam kondisi terganggu secara fisik dan psikologi karena mengalami wabah banjir yang semakin menjadi-jadi. Malah kedua pemimpin DKI. Jakarta melakukan agenda lain di luar kota dan ada yang menjalankankan agenda ke luar negeri. Solusi dan perhatian langsung yang diharapkan masyarakat harus terhenti sementara.
Kegiatan yang dilakukan pemimpin yang katanya cerdas dan santun ini di luar Jakarta memang sangat tidak produktif dan tidak bermanfaat langsung bagi masyarakat pada saat kondisi yang sangat memprihatinkan. Kekosongan pemimpin di Jakarta pasti akan berdampak signifikan dan sistematis dengan kinerja bawahan yang kurang maksimal di lapangan.
Kita sudah mengetahui ketika pemimpin tersebut tetap bekerja dengan semestinya saja, banyak para bawahan yang mencuri-curi waktu untuk berleha-leha ataupun bersantai dalam menjalankan tugasnya. Terbukti dengan beberapa waktu lalu viral foto pegawai yang digaji dengan uang rakyat malah asik istirahat dan tidur di mesjid pada saat jam kerja.
Kondisi pegawai yang tidak sadar akan tugas pokok dan fungsinnya tersebut dapat dipastikan berdampak negatip terhadap pelayanan dan penyelesaian masalah. Sehingga mengakibatkan masyarakat kecewa dan menyesali keputusan mereka dalam menentukan pilihan pada saat Pilkada sebelumnya.
Tersiar kabar bahwa Balaikota mengalami kondisi kekosongan kepemimpinan disebabkan oleh sang Gubernur Anies menghadiri undangan kegiatan pembukaan Musyawarah Nasional ke-10 KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) yang diselenggarakan di kota Medan yang beberapa waktu lalu terkenal dengan julukan kota sejuta Lubang. Undangan kegiatan ini pasti akan membuat Anies tidak fokus dan tidak konsentrasi memikirkan rakyatnya yang sedang dilanda wabah banjir.
Ditempat berbeda Sandi yang merupakan Wakil Gubernur DKI. Jakarta menghadiri kegiatan forum Investment Corporation of Dubai (ICD) Global Investment Forum di Dubai, Uni Emirat Arab. Kehadiran Sandi dikegiatan ini merupakan perwakilan dari Pemerintah Provinsi DKI. Jakarta dan katanya akan menjadi pembicara diacara tersebut.
Berikut petikan berita yang penulis jadikan rujukan :
Pagi ini, Anies Baswedan menuju Medan untuk menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional ke-10 Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Berdasarkan agenda kegiatan yang dirilis Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, acara akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo.
Sandiaga juga tidak berada di Jakarta. Sejak kemarin, Sandiaga berada di Dubai, Uni Emirat Arab. Sandiaga mewakili Pemprov DKI Jakarta menghadiri forum Investment Corporation of Dubai (ICD) Global Investment Forum. Dia juga menjadi pembicara di acara tersebut.
Saya mau ke Dubai nanti malam, diberi kesempatan bagaimana membuka sebuah komunikasi dan lembaran baru bahwa Jakarta ini kami sangat menerima investasi. Khususnya untuk membangun infrastruktur,” kata Sandi pada Rabu lalu.
Sumber Kompas.com
Memang kita tidak dapat memungkiri bahwa pasangan pemimpin DKI. Jakarta memiliki keahlian mumpuni dalam mengolah dan bertutur kata. Meskipun kata-kata yang disampaikan tersebut hanya sebuah retorika belaka yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan dan tidak dapat direalisasikan sepenuhnya. Peribahasa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” sepertinya dapat menjadi kiasan melihat kinerja pasangan pemimpin yang dikenal harmonis dan intim ini.
Program-Program yang lama saja belum direalisasikan malah dengan beraninya Sandi menjanjikan akan mengundang para investor agar menanam investasi terutama dibidang pembangunan infrastruktur. Apapun alasannya memang wajib kehadiran dalam acara tersebut harus berdampak positip bagi rakyat. Bila tidak ada percuma saja hadir dalam kegiatan tersebut yang hanya buang-buang waktu dan materi.
Penulis memberi masukan kepada kita supaya tegas, berani dan tidak diam, kita harus berkontribusi dalam bentuk memberi saran, mengkritik, dan menagih janji-janji politik yang telah disampaikan baik pada masa kampanye maupun setelah dilantik untuk menjabat. Ketika hanya bertahan dalam kelompok “Silent Majority” dapat dipastikan kekecewaan dan ketidakpuasan akan selalu menghampiri kita.
Salam Berani,