Menyedihkan merupakan satu-satunya kata buat pejuang 212 yang tidak dianggap
lagi oleh pemimpin yang telah diperjuangkan dengan segala tenaga dan kucuran
darah. Semua masyarakat sudah mengetahui dengan gamblang bahwa peran serta dan
kontribusi kelompok alumni 212 sangat berpengaruh besar untuk kemenangan
Anies – Sandi meraih kursi empuk kekuasaan Provinsi DKI. Jakarta sehingga dapat
mengelola APBD yang sangat besar jumlahnya.
Pengakuan bahwa kelompok 212 yang sangat kita kenal dengan daya juangnya
yang militan dan loyalitas tinggi mengikuti perintah dan komando dari para
petinggi kelompok tersebut. Informasi valid terkait jasa-jasa para pejuang 212
yang identik dengan angka wiro sableng ini didapat langsung dari salah satu
penasihat yakni Eggi Sudjana (ES ) yang telah menjadi terlapor karena
pernyataan kontroversial di media beberapa wakti yang lalu.
Eggi Sudjana (ES) merupakan salah satu pengacara kondang dan tersohor di
negara ini, sebagian besar masyarakat juga sudah mengetahui bahwa ES adalah
seorang senior Anies di sebuah lembaga mahasiswa yang telah melahirkan
tokoh-tokoh bangsa terkenal dan berpengaruh di negara ini, yakni salah satu
yang terbaik adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pernyataan secara mengejutkan tentang adanya jasa-jasa besar kelompok 212
ini dalam memenangkan Anies – Sandi disampaikan pada saat acara peringatan 1
(satu) tahun perjuangan aksi 411. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Al-Azhar,
Jakarta Selatan. Kegiatan peringatan aksi 411 beberapa waktu yang lalu,
secara tersirat tujuannya untuk melakukan syukuran atas hasil memenangkan Anies
– Sandi dan menjebloskan Ahok kepenjara setelah melakukan banyak perubahan di
Ibukota.
Sontak mengejutkan seluruh rakyat bumi datar maupun bumi bulat karena
Kelompok 212 memberikan pernyataan yang monohok dan sangat pasti
menyakitkan dihati bagi siapapun yang menjadi objek. Isi pernyataan kelompok
212 ini menegaskan bahwa mereka aktor utama menumbangkan petahana. Dengan
Anies tidak menghadiri acara syukuran tersebut mereka juga menyebutkan Anies “Jangan
seperti kacang lupa akan kulitnya”.
Penulis telah membahas tentang pernyataan keras dari alumni 212 untuk Anies
Bawedan diartikel sebelumnya, Bagi sahabat Suwandi Poerba yang ingin membaca
silahkan buka link dibawah ini :
Perilaku tidak bertanggungjawab dan tidak tahu membalas budi adalah salah
satu karakter pemimpin yang tidak layak untuk kita jadikan panutan. Betapa
hancurnya perasaan bagi siapapun yang tidak dianggap sedikitpun oleh pemimpin
yang telah diperjuangkan sampai berdarah-darah. Paling menyedihkannya lagi
sampai ada pejuang yang menghembuskan napas terakhir, karena kelelahan dalam
mengikuti seluruh aksi yang katanya memperjuangkan agama. Apakah anda
sepakat sahabat ?
Dalam reuni yang akan diadakan tanggal 2 desember mendatang, Anies – Sandi
saling lempar tanggungjawab dan wewenang. Dimana Sandi menyebutkan tentang izin
kegiatan reuni di Monumen Nasional (Monas) adalah tanggungjawab Anies. Setelah
Sandi telah melemparkan bola panas terhadap Menteri Pendikan pecatan ini. Anies
juga dengan langkah sigap melakukan sikap buang badan dengan menyebutkan bahwa
telah menyerahkan tanggungjawab ke pihak Polisi. Selain mahir beretorika, kedua
pemimpin ini sangat mahir melakukan cuci tangan dan lempar batu sembunyi
tangan.
Berikut Petikan beritanya yang penulis jadikan rujukan :
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menolak berkomentar soal rencana aksi Reuni 212 yang akan digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), Sabtu 2 Desember mendatang. Itu dengan polisi, bukan saya," ujarnya sambil bergegas ke ruang kerjanya di Balai Kota, Rabu (29/11).Sementara Wakil Gubernur Sandiaga Uno mengaku belum mengetahui perihal perizinan Reuni 212. Sebab, kegiatan di Monas, kata Sandi, bukan urusannya. "Saya kebetulan enggak menangani, khusus penggunaan Monas, Pak Anies yang menangani sendiri," kata Sandi. Sumber cnnIndonesia.com
Melemparkan kewajiban dirinya ke orang lain adalah sebuah langkah yang
sangat jelas ga-bener dan sangat mengecewakan. Dimana
letak nurani dan realisasi jargon KEBERpIHAKAN yang dulu
dielu-elukan dengan suara yang mengglegar sehingga dapat membuat orang instan
terbujuk rayu. Padahal semakin terbukti sampai detik ini, bahwa semua yang
disampaikan kala kampanye adalah fatamorgana semu sehingga menghipnotis
masyarakat JKT 58 menjadi tertipu.
Setiap proses yang dijalankan dengan ga-bener dapat dipastikan akan
menghasilkan sebuah kehancuran. Karena setiap yang hal busuk pasti akan
terendus meskipun dengan disembunyikan dengan segala cara dan strategi jitu.
Semakin jelas kata-kata indah “Gusti Ora Sare” dari seorang tokoh
bangsa yang sangat dikagumi telah terbukti nyata. Ingatlah ketika kita menanam
badai pasti akan menuai bencana.
Semoga pelajaran penting seperti ini dapat dijadikan sebuah pengalaman
berharga untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, supaya tidak gampang
dibujuk rayu oleh oknum-oknum yang ingin memuaskan hasrat duniawinya untuk merebut
kekuasaan serta menambah pundi-pundi kekayaan yang sebenarnya sudah menumpuk
dan bertumpah-tumpah.
Begitulah Kira-Kira
Salam Damai Penuh Kasih,