Perkembangan kecanggihan zaman ikut berkontribusi dalam membangun semangat masyarakat dalam mengikuti dinamika politik yang memang sangat seru, menguras tenaga dan menguras pikiran. Apapun hendak dilakukan politikus memuluskan semua agenda politik yang telah dirancang oleh para aktor-aktor politik dibelakang layar. Tujuan prioritas adalah untuk memuaskan ambisi orang-orang yang hendak menguasai negara Indonesia, walaupun sebenarnya bukan untuk melayani dan mensejahterakan masyarakat.
Strategi politik yang sering dimainkan dari dahulu sampai sekarang adalah memecah belah masyarakat. Politik Identitas merupakan cara yang mumpuni untuk menjalankan strategi Devide Et Impera yang populer dikala Indonesia masih mengalami penjajahan beberapa puluh tahun yang lalu. Memang saat ini kita sudah tidak mengalami penjajahan secara langsung, tetapi strategi politik yang sama tetap dipakai oleh sengkuni-sengkuni yang memang sudah berkarakter garong dan penjajah.
Bisa saja mereka yang saat ini suka memecah belah dengan politik Identitas adalah keturunan dari oknum-oknum penjilat penjajah dimasa lampau. Ilmu Biologi sudah menjelaskan dengan gamblang bahwa gen dapat diturunkan dari orang tua ataupun leluhurnya. Maka berdasarkan ilmu tersebut dapat sedikit kita buat kesimpulan, bila leluhurnya penjilat dan suka memecah belah masyarakat dengan isu SARA pasti berbanding lurus dengan diturunkannya karakter tersebut ke keturunan penerusnya.
Salah satu tokoh yang kontroversial terakhir ini adalah Amien Rais (AR) yang merupakan Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) meminta Presiden Jokowi tak memecah belah umat Islam dan tak memecah belah bangsa sendiri. Hal itu disampaikan Amien dalam sambutannya pada acara Kongres Alumni 212 di Wisma Persatuan Haji Indonesia, Jakarta Pusat. Dia menilai rezim saat ini suka memecah belah bangsa sendiri. Sumber cnnIndonesia.com
Kemungkinan besar AR memang butuh piknik yang panjang untuk menghilangkan lelah, jika penulis mengikuti logika berpikir AR bahwa rezim saat ini suka memecah belah. Maka secara tidak langsung AR juga merupakan bagian dari rezim pemecah belah saat ini dengan memiliki salah satu kader terbaik Partainya duduk didalam Kabinet kerja Presiden Joko Widodo yang menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB).
Logika AR kemungkinan sudah terbalik, dengan melihat apa yang telah AR lakukan beberapa bulan terakhir ini semakin menunjukkan seperti apa karakter sebenarnya. Percuma saja gelar yang anda sandang menjadi seorang tokoh kuat dalam berperan serta menggulingkan rezim otoriter dan koruptor kelas kakap tahun 1998 silam.
Penulis menjadi ragu dengan catatan sejarah tersebut, mengapa seseorang yang sudah lelah berjuang malah berafiliasi kembali dengan keturunan ataupun yang pernah memiliki ikatan kekeluargaan dengan pemimpin Diktator. Sungguh sangat disayangkan apa yang dilakukannya, oleh karena ketamakan akan kekuasaan dan materi maka rela meninggalkan idealismenya, itupun kalau memang punya idealisme.
Jika memang AR seorang tokoh yang berkarakter teguh memegang idealisme, seharusnya bila tidak sepemikiran dengan pemerintahan saat ini, segera tarik dukungan Partai dan kader yang sedang duduk menikmati empuknya kursi di Kementerian. Jangan menunggu waktu ketika Presiden Jokowi melakukan perombakan, tunjukkan kepada masyarakat bahwa anda gentlemen . Jangan diluar teriak-teriak garang untuk menjelek-jelekan Pemerintahan yang sah, padahal senang menikmati hasil dari kadernya yang bekerja menjadi pembokatnya Presiden Jokowi.
Hm…apa karena hasil yang didapat tidak memuaskan makanya diluar mencak-mencak memanfaatkan momentum untuk menaikkan nilai tawar terhadap Pemerintah. Manalah bisa lagi bagi siapapun dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi untuk merampok uang rakyat seperti masa Pemerintahan Orde Baru. Haha
Memang didalam dunia politik memasang strategi dua kaki sudah menjadi hal yang biasa dan lumrah. Seperti Apa yang dilakukan AR pada saat ini dan mungkin dari dulu memasang strategi politik dua kaki secara bersamaan. Menurut penulis bagi siapapun yang memasang strategi ini adalah sebuah penghianat yang tidak dapat dipercaya. Bisa saja entah kapanpun akan membunuh dari belakang untuk memuaskan kepentingannya.
Penjelasan yang telah dipaparkan diatas sudah memberikan secercah cahaya terang, seperti apa dan kemana arah politik dari Opa yang sudah bau tanah ini. Fakta-fakta tersebut ditunjukkan langsung oleh dirinya sendiri bukan karena hasil investigasi yang mendalam dari para pakar. Meskipun sudah berumur semangat pekerja lapangannya masih tetap tinggi sebanding dengan hasratnya yang ingin menjadi penguasa di Negeri ini yang belum pernah kesampaian sejak dahulu.
Dengan usia yang sudah tidak muda tersebut dan berdasarkan perkembangan zaman bahwa usia manusia jika sudah lebih dari 70 tahun sudah merupakan bonus yang sangat berharga dari sang Pencipta. Maka untuk merealisasikan angan-angan yang sudah ada sejak dahulu AR harus terjun langsung kelapangan karena mengandalkan para anggota tidak memuaskan hasratnya menjadi Penguasa. Ingat umur Opa, sudah saatnya anda beristirahat dan menikmati hari tua.
Menurut sahabat Pembaca, siapakah yang sebenarnya aktor pemecah belah bangsa saat ini ?
Salam Damai Penuh Kasih,